Mohon tunggu...
Ahmad Juanda
Ahmad Juanda Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya mengikuti perkembangan pendidikan di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Pendidikan di Indonesia

30 Maret 2023   18:47 Diperbarui: 30 Maret 2023   18:53 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum

Menganalisis situasi yang terjadi pada perkembangan kurikulum dengan teori strukturasi dari Gidden. Pada teori Gidden mengenai strukturasi mengandung dualisme, bahwa suatu tindakan mengandung unsur pengaruh dari eksternal dan internal. Eksternal berdasarkan sturktur di luar agen dan internal berdasarkan keinginan agen itu sendiri. Perkembangan kurikulum secara eksternal dipengaruhi oleh bagaimana kebutuhan pasar yang di dalamnya ada keinginan agen-agen lain seperti pemilik modalm yang mencoba memasukkan kepentingan-kepentingan pribadinya. Sedangkan dalam sisi internal, perkembangan kurikulum ini diinginkan oleh agen-agen yang terlibat dalam perkembangan kurikulum ini. Agen-agen ini adalah pemerintah sebagai pembuat kebijakan, tenaga pengajar yang menjalankan dan mengkreasikan kurikulum, dan peserta didik sebagai lahan untuk aplikasi kurikulum. Keinginan dari dalam atau secara internal oleh agen-agen ini berupa keinginan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Meskipun kurikulum yang diterapkan institusi pendidikan ditentukan oleh negara, namun tenaga pengajarlah yang sesungguhnya menentukan bagaimana kurikulum tersebut diterapkan di ruang kelas. Tenaga pengajar hampir sepenuhnya memiliki otonomi terhadap apa yang terjadi di ruang kelas mereka, sehingga merekapun dapat menentukan bagaimana kurikulum diinterpretasi, materi apa yang akan diajarkan dan dikembangkan.

Kesejahteraan Guru

Mengenang perjalanan guru di Indonesia pernah dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Pandangan cenderung diskriminatif ini bersumber dari faktor finansial. Gaji yang rendah dianggap tidak mampu untuk memenuhi indikator kesejahteraan. Jika nasib seorang guru kurang diperhatikan sama artinya pendidikan juga mengalami hal yang serupa. Seiring berubahnya sistem pemerintah di Indonesia semakin pula guru mendapatkan tempat yang layak yang mengarah pada meningkatnya guru. Meningkatnya gaji guru yang diharapkan dapat mendorong kualitas pendidikan justru menunjukkan tidak adanya perubahan dalam kualitas pendidikan itu sendiri.

Potret guru di Indonesia dilihat dari beberapa aspek, yang pertama berdasarkan pertumbuhan guru di Indonesia. Jumlah guru PNS pada tahun 2022 sebanyak 1.520.354 orang atau  52% dari jumlah guru di Indonesia sedangkan masih terdapat 48% guru yang bukan merupakan PNS. Sebanyak 704.503 orang merupakan guru honor sekolah. Jumlah guru honorer tersebut setara dengan 24% dari total guru di Indonesia sehingga pemerintah perlu memerhatikan kesejahteraannya. Kedua, potret guru di Indonesia dilihat berdasarkan nilai rerata pedagogik dan profesonal UKG guru. Pada tahun 2015 nilai paling tinggi di dapat oleh guru yang berada di DI Yogyakarta dengan skor sebanyak 67, 02  dari nilai maksimal 100. Sedangkan nilai terendah pada propinsi maluku utara dengan skor sebanyak 44.79.

Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidik (BPSDMP-PMP) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) nilai rata-rata nasional Uji Kompetensi Guru (UKG) nilai rata-rata UKG masih berada pada angka 4, 5 dari batas keluluusan minimal 5.5. Sehingga data tersebut mengindikasikan rata-rata guru masuh jauh dari yang diharapkan.

Analisis berdasarkan data di atas adalah rendahnya tingkat kompetensi calon guru yang didasarkan beberapa aspek, yaitu kualitas perguruan tinggi yang menghasilan guru masih perlu ditingkatkan kualitasnya, lulusan SMA yang mengambil jurusan kependidikan diseleksi berdasarkan pada kemampuan terbaik, banyak lulusan terbaik dari LPTK tidak tertarik memiliki profesi sebagai seorang guru. Berdasarkan permasalahan di atas dapat menyebabkan dampak pada bagaimana guru melakukan dan mempersiapkan proses pembelajaran terhadap peserta didik yang nantinya akan berdampak pada sikap dan perilaku peserta didik. Situasi seperti ini diharapkan menjadi situasi yang mampu mendorong guru untuk bisa mengevaluasi kekurangannya dari keempat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Buku Teks

Pertama, buku teks yang berkembang di lingkungan peserta didik masih perlu dikoreksi lebih dalam. Khususnya pada konteks materi yang dimuat dalam buku teks tersebut. Materi yang terkandung dalam buku teks masih banyak yang tidak sesuai dengan konteks permasalahan di sekitar lingkungan peserta didik. Ketidak sesuaian buku teks dengan lingkungan peserta didik karena pembuatan buku teks yang cenderung mengadopsi dan melanjutkan apa yang sudah dibuat bukan pada taraf merekonstruksi buku teks yang sudah ada. Selain itu buku teks dibuat secara instan dengan kurun waktu yang singkat. Ketika buku teks ini di review oleh para pakar banyak ditemukan ketidaksesuaian antara materi dengan standart kompetensi dan kompetensi dasarnya. Solusi instan dari situasi ini adalah SK KD yang disesuaikan dengan buku teksnya. Sehingga produk-produk buku teks tersebut melenceng dari tujuan awal. Dari deskripsi tersebut nampak bahwa penerbitan buku teks hanya mengarah pada proyek kejar setoran.

Kedua terkait dengan permasalahan buku teks adalah materi yang terkandung dalam buku teks cenderung bersifat normatif. Buku teks cenderung mengarahkan peserta didik untuk melihat mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini membentuk mindset peserta didik untuk mudah menjudge sebuah fenomena dari sudut pandang permukaan saja bukan menggali mengapa fenomena itu terjadi. Pada hakikatnya buku teks diharapkan mampu mengarahkan peserta didik untuk kritis dalam melihat fenomena social dalam hal mengapa fenomena itu terjadi, faktor apa saja yang melatar belakangi itu terjadidan pada akhirnya peserta didik mampu menciptakan sebuah formula untuk mengatasi permasalahan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun