Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi, siang selamat sore, dan malam semuanya. Bertemu lagi dengan saya di artikel pembahasan kali ini. Baik Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang orang minoritas. Kali ini sangat spesial bagi saya dikarenakan saya mewawancarai seorang anak yang jelas bukan beban orang tua. Bahkan dia merupakan sosok yang tidak mudah menyerah dan selalu semangat untuk membantu kedua orang tuanya.
Jadi singkat cerita pada suatu waktu saya melewati salah satu mall di kota Malang yaitu Malang Town Square atau bisa disebut Matos. Saya hanya lewat saja tidak mampir ke Matos. Tapi saya menoleh ke arah mata dan tidak sengaja melihat ada adik-adik yang kira-kira masih SMP duduk berjualan di halaman Matos. Dan beberapa minggu kemudian saya mendapatkan tugas kewarganegaraan yang membahas tentang orang minoritas dan tiba-tiba saya teringat seorang remaja yang ada di Matos kala itu. Dan akhirnya Saya memutuskan mengajak teman-teman untuk melakukan wawancara kepada remaja itu. Singkat cerita nya menemuinya tepat di Matos tempat dia duduk pada saat saya pertama kali melihatnya. Bersama teman-teman akhirnya kami berhasil menemuinya beserta artinya dan kami mengajaknya duduk di salah satu tempat duduk di depan coffee shop yang ada di Mall tersebut.
Remaja itu bernama Suhendra. Dia merupakan remaja yang berusia 14 tahun. Duduk di bangku kelas 8 SMP. Yang merupakan seorang pekerja keras yang membantu kedua orang tuanya dengan berjualan kue. Kue apa aja yang dia jual? Dia menjual kue pukis, roti boy , dan roti coklat. Bersama adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, Ia berjualan dari telah pulang sekolah Sekitar jam 09.30 Hingga jam 04.00 sore. Ayahnya merupakan seorang pemulung yang selalu berkeliling mengitari daerah Lowokwaru setiap harinya. Ibunya merupakan seorang pekerja rumah tangga dari rumah ke rumah.Â
Di balik keterbatasan ekonomi yang ada, Mas Suhendra dengan inisiatif dari lubuk hatinya sendiri Ia memutuskan untuk mulai berjualan sejak awal 2020, sebelum pandemi melanda. Tepatnya saat ia sudah menduduki tingkat akhir bangku sekolah dasar. Suhendra telah diizinkan oleh orang tuanya untuk berdagang bahkan ayah dan ibu Suhendra sangat mendukung keputusan yang telah diambil oleh Suhendra. Dia diperbolehkan berjualan asal ia tak lupa akan kewajibannya untuk belajar di sekolah. Suhendra mulai berjualan setelah pulang sekolah hingga sore menjelang. Telah Ia berjualan di daerah Matos, dia pergi ke salah satu perumahan di dekat Universitas Brawijaya untuk menemui ayahnya yang sedang memulung untuk pulang bersama.
Ketika ditanya apa ia malu berjualan di usia 14 tahun ini, Jawabannya adalah tidak. Ya justru bangga dan senang karena ia bisa membantu kedua orang tuanya dengan meringankan beban mereka yaitu dengan berjualan. Mungkin tak banyak dari hasil jualan Suhendra akan tetapi hal kecil bisa menjadi besar dan istimewa apabila disyukuri dengan sepenuh hati.
Suhendra terkadang tidak berjualan sendiri di daerah Matos. Adiknya juga ikut apabila tidak ada keperluan yang harus dilakukan adiknya di rumah. Mereka berdua duduk di salah satu tangga halaman di mall sambil menunggu ada orang yang membeli kue-kue yang Suhendra jual. Banyak orang yang membeli kue milih Suhendra bahkan Suhendra bilang dagangannya sering habis ludes sebelum waktu ia pulang. Menurutku si Suhendra ini ia merupakan anak yang pemberani, fermental baca, anak yang berbakti kepada orang tuanya, dan tulus akan setiap hal yang ia lalui.
Suhendra penjual kue dengan untung 500 untuk setiap kuenya. Ia membeli kue di salah satu tetangganya untuk dijual kembali yang mana harganya Rp1.500 dan Suhendra menambahkan 500 lagi untuk keuntungan yang ia raup. Jadi, Suhendra menjual tiap kuenya dengan harga Rp2.000. Dan Suhendra biasanya membawa 2 boks kotak kue yang berisikan 150 hingga 200 kue. Dan alhamdulillah kuenya sering habis. Mungkin ada yang bertanya, bagaimana jikalau dagangannya tidak habis? Ya, Suhendra akan membawanya pulang dan dimakan sendiri Iya begitulah apabila ada dagangannya yang tidak habis
Saat kami melakukan wawancara dengan mas Suhendra, terlihat raut wajah dari Suhendra sangat kelelahan sekali. Bersama adiknya Ia berjualan sedari pagi hingga sore datang. Setelah kami ajak berbincang-bincang dan bercanda tawa, kita tak lupa membeli dagangan Mas Suhendra. Dan Alhamdulillah Mas Suhendra senang sekali atas barang dagangannya yang kami beli.Â
Tak lama kemudian setelah selesai wawancara kami mempersilahkan Suhendra untuk melanjutkan aktivitas perdagangannya Karena pada saat itu dengan mas Hendra masih sisa setengah dan ia juga mengiyakan untuk melanjutkan berdagangnya. Dan kami berpesan kepada Hendra untuk selalu semangat mencari nafkah dan membahagiakan orang tua. Dan tak lupa ia juga harus belajar guna memperoleh pendidikan yang tinggi. Akhir cerita berfoto bersama dengan Suhendra guna untuk dokumentasi hasil wawancara ini. Kemudian Suhendra Kembali ke tempat ia berdagang seperti biasanya dan kami pun pulang ke tempat kami masing-masing untuk menulis artikel ini
Semangat untuk semua pejuang yang ingin memuliakan orang tuanya, tidak menjadi beban untuk mereka, dan selalu berusaha membahagiakan kedua orang tua. Sekian wawancara singkat dariku bersama Suhendra. Semoga bisa memberikan inspirasi dan bisa mengajarkan kita untuk lebih bersyukur akan keadaan kita yang saat ini. Sekian dan terima kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H