Namamu Menjadi Judul Hujan
Anak-anak hujan menetas di jendela, membangunkan tidurku. aku dingin,
udara menghambar dada, cuaca angin ribut, kertas-kertas yang telah
kutandai atas namamu, jadi lembab kebasah-basahan, keluar dari sampul buku
diary senarai catatan-catatan A Jaisyur Rahman, jatuh ke angin yang patah
bersama asap terakhir dari filter dan uap panas kopiku. Berlembar catatan
harus kusudahi sebelum jam dua belas tadi. Tetapi waktu terlalu tajam menembus
jantung malam, terlalu mengejutkan, langit mebuka kejadian.
Pada rintik keberapa hujan menjatuhkan tetesan beku di atas kepala?
Berjuta-juta ingatan berceceran di sepanjang jalan. Aku mengira selepas hujan,
pagi nanti akan menjadi kata yang membusuk bersama tinja-tinja industri.
Begitu cepat waktu berlalu, kau masih betah dalam dada, malam mendekati pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H