Kemunculan Euro sebagai mata uang regional yang sukses digunakan oleh berbagai negara dan beberapa faktor ekonomi lain seperti tingkat inflasi yang mulai naik di beberapa negara ASEAN, menurunnya nilai tukar beberapa mata uang di negara ASEAN terhadap Dolar Amerika Serikat (US$), dan adanya keinginan negara anggota ASEAN untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS (US$) mendorong negara-negara ASEAN untuk merumuskan skema penggunaan mata uang regional (Local Currency Transaction/LCT) dan konektivitas pembayaran regional (Regional Payment Connectivity/RPC).
Dilansir dari artikel CNBC Indonesia yang berjudul "Seberapa Kuat ASEAN Terbitkan Mata Uang Sendiri?" tanggal 17 Oktober 2019, wacana penerapan mata uang regional ASEAN telah muncul sejak pertengahan tahun 2019 yang diusulkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad pada 25th International Conference on the Future. Menurut artikel tersebut, ASEAN sangat mungkin untuk menerapkan sistem mata uang regional ASEAN.
Alasan mungkinnya penerapan sistem mata uang regional ASEAN tersebut yakni besarnya total Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN tahun 2018 sebesar US$ 3,03 triliun dan besaran tersebut akan terus meningkat seiring waktu. Tetapi, wacana penerapan sistem mata uang regional ASEAN tampaknya masih belum dapat dilaksanakan dalam waktu dekat akibat belum siapnya fasilitas transaksi mata uang regional, seperti rendahnya keterlibatan bank swasta dan pemerintah antar negara anggota ASEAN dalam mendukung penggunaan mata uang regional (Website KTT ASEAN 2023).
Dilansir dari artikel VOA Indonesia yang berjudul "Akankah Penggunaan Mata Uang Lokal Anggota ASEAN Memperkuat Stabilitas?" tanggal 9 April 2023, penerapan penggunaan mata uang regional ASEAN masih menghadapi hambatan seperti adanya kesenjangan ekonomi antar negara anggota, condongnya transaksi ekonomi kepada negara tertentu, perjanjian penggunaan mata uang regional yang masih belum luas, serta belum adanya perjanjian perdagangan internasional antar negara ASEAN yang mewajibkan penggunaan mata uang regional atau lokal ASEAN.
Untuk menghadapi hambatan tersebut, diperlukan langkah nyata dari negara anggota ASEAN untuk mendukung rencana penggunaan mata uang regional ASEAN.
Langkah tersebut yakni menurunkan tingkat kesenjangan ekonomi antar anggota dengan meningkatkan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) tiap negara anggota, melakukan kerjasama antar bank swasta dan pemerintah yang ada di ASEAN untuk mempermudah transaksi, mengurangi kecondongan ekonomi terhadap negara tertentu dengan meningkatkan produksi antar negara anggota, membentuk perjanjian regional yang luas mengenai penggunaan mata uang regional atau lokal antar negara anggota, dan mewajibkan menggunakan mata uang regional atau lokal negara ASEAN dalam perjanjian perdagangan internasional antar negara anggota ASEAN.
Dengan munculnya sistem moneter regional berupa penerapan sistem mata uang regional di ASEAN dapat meningkatkan stabilitas ekonomi di negara-negara anggota ASEAN dan diharapkan mampu bersaing secara global sama halnya dengan mata uang negara lain yang menjadi mata uang acuan transaksi internasional.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI