Ahmad Izzuddin
"Ketika melihat ombak di lautan, pandanganku tidak berlama-lama kepada  ombaknya tetapi aku berpikir apa yang menyebabkan ombak itu bisa terjadi". Itulah inti sekelumit kalimat dari seorang penyair paling berpengaruh kelahiran Bsharri Lebanon yang menulis banyak karya original dengan masterpiece nya 'The Prophet' Kahlil Gibran.
Kalimat yang terkesan sederhana tersebut, memiliki banyak sekali makna yang mendalam jika dikontekstualisasikan dalam peristiwa kehidupan manusia dengan berbagai latar belakangnya.Â
Dua diantaranya : Pertama bermakna harmoni alam, ombak di permukaan laut terjadi karena adanya hembusan angin, bisa juga disebabkan faktor lain seperti pasang surut air laut, akibat gaya tarik bulan atau matahari.Â
Fenomena tersebut merupakan perwujudan dari alam yang berjalan serasi, sehingga tampaklah keindahannya. Jika manusia ingin nampak indah hidupnya maka harus saling bekerjasama, saling melengkapi, saling support, saling asih.Â
Kedua bermakna ontologis, kalimat "memikirkan apa yang menyebabkan ombak" berarti Gibran mengajak kita untuk selalu berpikir hakikat dari wujud yang ada, menyelami yang tak tampak dari yang tampak untuk menemukan intisari dari sebuah wujud/peristiwa, dari sanalah kita akan menemukan ontologinya.
Memikirkan ontologi tubuh yang sedang sakit, ontologi jasad yang sedang tidak sehat bisa dilihat dari banyak perspektif mulai dari perspektif medis, mental, sosial, antropologi sampai perspektif teologi.Â
Namun dalam tulisan ini, hamba ingin menampilkan ontologi jasad yang sedang sakit dari perspektif hobi. Sebagian orang mungkin mengeluh ketika sakit namun sebagian yang lainnya justru merasa memiliki kesempatan menurutkan hobinya.Â
Bagi yang punya hobi tidur, saat sakit menjadi kesempatan untuk lebih banyak memejamkan mata, yang hobi kesehariannya kulineran, ketika sakit dijadikan kesempatan meminta disediakan makanan yang enak.Â
Begitupun dengan hamba, saat sedang sakit menjadi kesempatan  emas untuk menggembala hobi membaca buku, meskipun tidak banyak. Biasanya saat sakit dalam sehari bisa membaca lebih dari 200 halaman, namun ketika sudah sehat  seringkali kualitas dan kuantitas bacaannya menurun 90%.