Mohon tunggu...
ARAYRI
ARAYRI Mohon Tunggu... Guru - Adzra Rania Alida Yasser Rizka

Sampaikanlah Dariku Walau Satu Ayat

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Hangout KompasianaTV: Dr. Danny Berjuang di Pedalaman dengan Keterbatasan Fasilitas

19 Mei 2015   16:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:49 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika melihat nomor telepon di HP saya kemarin siang, saya bisa menebak, ini pasti dari kompasiana. Betul. Saya diundang HangOut semalam, membahas Dokter PTT di tanah air, Dr. Danny, yang meninggal dunia ketika bertugas di Papuakarena penyakit malaria. Saya sebenarnya speechless ketika ada yang meninggal. Tidak tahu harus berkata apa. Bahkan ketika ada sodara atau teman yang meninggal, mungkin hanya bersalaman. Nah ketika mendengar tentang pembahasan semalam pada awalnya saya agak ragu untuk ikut namun karena saya punya simpati yang dalam terhadap para dokter muda yang berjuang di pedalaman, saya memantapkan diri untuk ikut.

Walaupun saya seorang guru, saya banyak kenal dokter karena siswa saya banyak yang menjadi dokter, dan banyak dari mereka yang juga tugas di daerah. Terkadang, jika saya berobat di klinik terdekat, dokternya ternyata siswa saya. Kalau sudah begitu, biasanya biaya berobat gratis. Alhamdulillah. Sebelum berangkat, saya mencoba mencari tahu terlebih dahulu tentang dokter PTT. Saya hubungi beberapa siswa saya yang menjadi dokter. Alhamdulillah banyak yang merespon dengan baik, sampai-sampai saya dikirimiPeraturan Menteri Kesehatan RI No 7 Tahun 2013 yang mengaturberbagai hal mengenaiDokter PTT.

Untuk kesempatan Hangout, saya tidak menggunakan akses internet pribadi karena hawatir sinyalnya lemot. Kebetulan akses ke Pal Merah, kantor Kompas, cukup mudah. Jam 5.30 saya lapor satpam di dalam gedung dan langsung ke lantai 6. Makanan dan koranpun langsung disajikan. Laptop dan semua peralatan tersedia. Diskusidimulai jam 7 danmelibatkan narasumber dari perwakilan IDI, dokter yang pernah bertugas di pedalaman, dan seorang pejabat di Kementerian Kesehatan.

Beberapa hal yang dibahas adalah mengenai bekal yang harus diberikan kepada dokter PTT yang akan bertugas di pedalaman, pendamping yang harus ada untuk mendampingi dokter, dan fasilitas. Bekal yang harus diberikan utamanya adalah informasi berisi daerah pedalaman yang harus diketahui jauh hari sebelum diterjunkan ke sana. Pendamping seperti bidan, dan pelayan kesehatan lainnya. Sedangkan fasilitas adalah alat komunikasi dan transportasi.

Dalam kesempatan ini saya ingin memberi pandangan tentang apa yang terjadi pada Dr. Danny. Menurut saya,Dr.Danny sudah sangat menguasai daerah sana, karena beliau sudah dua tahun di sana. Beliaupun kemudian menambah masa tugasnya di tahun ketiga. Dari penjabaran itu, menurut saya tidak ada masalah pembekalanmengenai daerah tugasbagiDr.Danny.

Kedua, masalah pendamping. Yang satu ini menurut saya yang menjadi masalah dan perlu dievaluasi menyeluruh.Pendamping harus ada dan bisa membantu kerja para dokter. Saya tidak mendapatkan informasi mengenai apakah ada pendamping Dr. Danny atau tidak. Tetapi posisi pendamping ini sangat penting untukmenyampaikan informasi, atau mengambil sesuatu di kota atau membantu kaladokter berhalangan atausakit. Pendamping inilah yang seharusnya ada untukDr.Danny, karena berdasarkan informasidari narasumber, dalam sebuah drop tenaga kesehatan di pedalaman, orang yang ikut banyak, bentuknya tim, ada dokter, bidan, dan lain sebagainya. ApakahDr.Dannypunya pendamping yang cukup?

Ketiga, masalah fasilitas. Fasilitas juga merupakan masalah dalam kasus Dr. Danny, karena berdasarkan informasi jalan ke jalan utama atau kota sangat jauh, butuh 2 hari untuk sampai ke sana dan itu harus jalan kaki. Itu berarti fasilitas infrastruktur seperti jalan raya masih jauh dari harapan, kemudian, secara otomatis alat transportasipun tidak ada. Alat komunikasipun tidak berfungsi dengan baik karena sinyalnya susah. Secara umum sarana fasilitas buruk!

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 7 tahun 2013 tentang Pedoman Pengangkatan dan Penetapan Dokter dan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap disebutkan bahwa Hak Dokter PTT adalah mendapatkan jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan itu merupakan kewajiban pemerintah kota atau kabupaten. Dengan apa yang dialami Dr. Danny menurut saya ada sistem yang belum berjalan maksimal. Ini harus menjadi catatan Kementerian Kesehatan RI, dan pemerintah daerah agar dibenahi.

Untuk evaluasi dan solusi masalah di atas adalah sebagai berikut. Keberadaan Pendamping adalah sesuatu yang wajib. Para pendamping ini bisa dicari dari mahasiswa yang baru lulus bidang apa saja, yang penting siap untuk diterjunkan tetapi ada prioritas, misalnya bidang kedokteran yang pertama, kemudian bidang teknik yang kedua, kemudian bidang-bidang lainnya. Pendamping ini bukan hanya membantu dokter tetapi juga masyarakat di sana. Yang kedua adalah masalah fasilitas, yang utama atau minimal adalah alat komunikasi harus ada dan bisa digunakan. Untuk itu, saya usulkan pengadaan alat komunikasi radio yang biasa digunakan tentara, yang bisa digunakan di segala medan.

Satu pertanyaan dari Hangouter yang hadir semalam, mengenai apa yang diberikan kepada keluarga Dr. Danny dari negara, sangat penting untuk direspon oleh pemerintah. Jawaban oleh pejabat kementerian semalam adalah sudah diberikan uang santunan dan penghargaan dari negara. Menurut saya, kita perlu menambah jaminan dengan asuransi yang dapat diberikan kepada para dokter di pedalaman. Asuransi tersebut bisa mengkover uang santunan dalam jumlah besar jika dokter meninggal.

Bagi saya, apa yang terjadi pada Dr. Danny, jadikanlah yang terakhir. Segera benahi fasilitas dan terjunkan pendampingyang cukupuntuk para dokter di pedalaman, sebagai sebuah jaminan dan penghargaan kepada mereka. Kementerian harus memperkuat kerjasama dengan kementeraian lainnya dan juga koordinasi pusat daerah. Kemudian bagi kita halayak, Dr. Danny adalah gambaran bahwa banyak dokter saat ini berada di pedalaman, jauh dari fasilitas yang enak dan jauh dari kegiatan bersenang-senang, tetapi dekat dengan pengabdian, pengorbanan, dan perjuangan. Selamat Jalan Dr. Danny, Kami, Indonesia, berduka…

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun