[caption id="attachment_340326" align="aligncenter" width="448" caption="Curug Cilember, foto pribadi"][/caption]
Setelah tempo hari kegiatan pramuka kami laksanakan di bumi perkemahan Cibubur, minggu kemarin kami melaksanakannya lagi di tempat yang lebih menantang yaitu di Curug Cilember Bogor Jawa Barat, arah Puncak. Kegiatan in dilakukan setelah siswa kelas X melaksanakan Ujian Akhir Semester. Di daerah ini terdapat air terjun yang lokasinya cukup jauh mendaki dari tempat berkemah, dengan tujuan akhir Curug tujuh dan curug lima, nama untuk lokasi air terjun.
[caption id="attachment_340327" align="aligncenter" width="448" caption="Kampung MAN Insan Cendekia, foto pribadi"]
Seperti biasa kegiatan kami mulai dengan upacara pelepasan. Kami menggunakan tronton TNI yang berjumlah 5 unit. Perjalanan dari Serpong melalui tol BSD Bintaro terus menuju Tol arah puncak. Pagi hari tidak terlalu macet. Perjalanan kami tempuh selama 3 jam. Setelah keluar tol, tronton menuju Puncak. Sebelum Taman Safari, kami belok kiri, masuk ke dalam jalan yang cukup sempit, yang lebarnya hanya cukup 1 mobil saja. Jalan yang kami tempuh menanjak ke atas melalui pemukiman penduduk sampai akhirnya tiba di Tempat berkemah Curug Cilember, daerah dengan banyak pohon pinus.
[caption id="attachment_340329" align="aligncenter" width="448" caption="mendaki dan mendaki, foto pribadi"]
Kegiatan pertama kami setelah tiba di sana adalah mendirikan kampung MAN Insan Cendekia Serpong. Kampung ini adalah tenda yang jumlahnya 10 buah. Dengan pagar dan pintu utama. Setelah kegiatan ini selesai kami istirahat makan dan sholat. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan persiapan mendaki menuju Curug Cilember 7 dan 5. Siswa menggunakan pakaian olahraga dan bersepatu. Sebagian di antara mereka menggunakan ponco dikarenakan hujan rintik-rintik yang kemudian menjadi deras.
[caption id="attachment_340330" align="aligncenter" width="336" caption="mencapai air terjun, foto pribadi"]
Perjalanan cukup jauh dan menanjak kira-kira 2 km. Jika kita tidak terbiasa berjalan jauh, perjalanan ini akan terasa berat. Belum lagi tanah yang becek dan licin. Untungnya hujan mereda dan cuaca kembali cerah. Curug 7 dapat dicapai dengan mudah, karena tidak terlalu mendaki dan cukup landai jalan setapaknya. Kemudian kami berjalan terus menuju Curug 5 yang letaknya di atas dan menanjak. Membutuhkan tenaga ekstra untuk mencapai sana. Alhamdulillah kami semua berhasil mencapai Curug 7 dalam kondisi yang sehat. Hanya satu dua siswa yang keram kakinya sehingga membutuhkan pertolongan.
[caption id="attachment_340332" align="aligncenter" width="448" caption="lomba memasak nasi goreng, foto pribadi"]
Berbagai kegiatan kami lakukan di Curug 7 termasuk berendam, mandi, dan bermain di bawah air terjun. Saya sendiri berusaha agar tidak basah. Hehe. Saya agak males bermain-main air. Banyak siswa dan rekan yang mandi di sana berbasah-basah. Setelah 2 jam kami di sana, kami beranjak turun kembali ke perkemahan. Jalan menukik kami hadapai dalam perjalanan kembali ke kemah, plus licin. Perlu kehatian-hatian ekstra dalam melakukannya. Jika tidak hati-hati bisa kepeleset dan terjatuh. Alhamdulillah kami berhasil mencapai tempat kemah dengan selamat.
[caption id="attachment_340333" align="aligncenter" width="448" caption="tidur dengan sleeping bag, foto pribadi"]
Siswa kemudian bersiap dengan kegiatan lomba memasak. Kali ini yang dimasak adalah nasi goreng. Siswa diberi bekal beras dengan berbagai bumbu, termasuk bumbu jadi nasi goreng. Sebelum memasak nasi goreng mereka terlebih dahulu harus memasak nasi. Nah di sinilah letak kesulitannya, karena jarang sekali yang bisa memasak nasi, walhasil nasi tidak sempurna, setengah matang dan tidak enak. Pada umumnya gagal memasak nasi, sehingga nasi gorengpun terasa tidak menentu. Namun karena lapar, nasi goreng tetap habis, malah kurang. He. Nasi goreng yang telah jadi kemudian diberi nilai dan ditentukan pemenangnya.
[caption id="attachment_340335" align="aligncenter" width="448" caption="sholat malam, foto pribadi"]
Kegiatana malam hari berubah, Yang tadinya kita berencana mengadakan api unggun ternyata tidak bisa dilakukan karena hujan cukup deras dan awet. Kita pindah acara menjadi kegiatan indoor. Kebetulan ada aula kapasitas 100 orang di sana. Nah di dalam aula tersebut kita berkumpul. Kegiatan malam itu adalah masing-masing sangga membuat prototype berbagai macam benda yang menjadi cita-cita kelak. Bahan yang kita siapkan hanya secarik kertas putih, yang kemudian dibentuk oleh siswa menjadi benda-benda tertentu. Siswa kemudian mempresentasikan apa yang mereka buat. Presentasi harus menarik dan penuh imajinasi. Kegiatan malam kami akhiri dengan makan jagung dan kemudian tidur.
Pada pukul 3 dini hari siswa bangun dari tidur dan bersiap untuk sholat malam. Setelah itu dilanjutkan dengan sholat subuh berjamaah dan berolahraga. Siswa kemudian masak untuk sarapan pagi dan bersiap untuk pulang ke kampus tercinta. Alhamdulillah kegiatan berjalan dengan lancar. Di perjalanan, kendaraan kami tertahan arus arah puncak. Buka tutup ternyata sudah dimulai jam 9 pagi dan kami yang berasal dari puncak menuju Jakarta, harus menunggu sampai jam 11 siang. Untuk mengisi waktu siswa berkesempatan membeli oleh-oleh. Setelah jalan dibuka, kami melanjutkan perjalanan pulang. Jam 13 siang kami mencapai kampus.
[caption id="attachment_340338" align="aligncenter" width="448" caption="turis timur tengah, foto pribadi"]
Ada sesuatu yang menarik di Curug Cilember selain air terjunnya yang cukup mantap, yaitu keberadaan wisatawan asal Timur Tengah. Mereka ternyata merupakan turis tetap yang sering datang ke sana. Sampai-sampai kedai dan warung, menyetel musik berbahasa arab dan musik padang pasir sepanjang hari. Feels like home. Tulisan di papan bahkan di kotak amal musholapun menggunakan bahasa arab, Shodaqoh! Uang yang dimasukan ke dalam kotak amalpun uang sono, yang ada gambar rajanya. Ternyata bagi mereka Indonesia adalah surga wisata. Yang seperti ini harus dimanfaatkan untuk tambahan pendapatan kita. Namun ada juga sisi negatifnya, banyak cewek-cewek berpakaian ketat dan menor di warung-warung sekitar sana. Kata temen saya itu cabe-cabean, entahlah. Mereka sepertinya nongkrong menanti para turis-turis hidung belang. Waduh. Nah, yang ini jadi PR bagi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H