Menonton film di kelas, foto pribadi
Pertanyaan sinis seperti ini biasanya muncul tatkala kita memberikan kesempatan siswa untuk menonton film. Banyak orang menganggap menonton adalah buang waktu dan untuk cari hiburan saja, karena anggapan mereka guru tidak banyak beraktivitas seperti kegiatan mengajar lainnya, tidak banyak berbicara, dan juga tidak banyak menulis, siswapun terlihat hanya menikmati film tersebut. Kegiatan malas-malasan. Namun bagi saya, menonton film adalah salah satu metode yang bisa dilakukan dalam belajar bahasa, terutama bahasa asing. Dalam kesempatan ini saya akan menjelaskan logika dan kegunaanya.
Logika menonton film dalam pembelajaran bahasa asing, bisa kita cerminkan pada perkembangan kemampuan berbicara seorang anak. Jika kita melihat perkembangan berbicara seorang anak, dari bayi yang lahir dengan menangis, kemudian pada akhirnya menjadi seorang anak balita yang bisa berbicara, tanpa kita sadarai mereka melalui proses belajar berbahasa yang penting.
Bayi yang terlahir ke dunia tidak bisa berbicara. Mereka hanya bisa menangis dan bergumam. Saat organ tubuhnya berkembang, termasuk organ berbicara, mereka mulai belajar berbicara. Bagaimana caranya? Mereka mendengarkan apa yang diucapkan ibunya dan yang diucapkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Ibunya bilang “susu”, diapun mencoba berkata “cucu”, begitupula “mobil”, “mbing”, “makan” “mam”, “minum” “nyum” sampai pada masa organ berbicaranya sempurna dia bisa mengatakan “susu” dan “mobil”, “makan”, dan “minum”.
Apa yang dapat kita lihat dari proses itu? Anak mencoba mengikuti apa yang mereka dengar atau input yang diucapkan ibunya atau orang sekelilingnya dengan proses mendengar dan berbicara. Sampai suatu saat apa yang diucapkan oleh ibunya, atau orang sekelilingnya, dapat dia ucapkan dengan betul. Bahasa Indonesia yang tadinya “asing” bagi dirinya menjadi tidak asing, sehingga menjadi bahasa “ibu”. Dari proses ini, input itu penting.
Patut dicatat bahwa blue print yang ada di otak mereka (babies) bukan blue print bahasa Indonesia, blue print nya netral. Lantas mereka bisa berbahasa Indonesia karena yang dilatih oleh ibunya adalah bahasa Indonesia, jika yang dilatih adalah bahasa Inggris, atau ibunya orang Inggris misalnya maka hasilnya mereka menjadi bisa berbahasa Inggris.
Seperti bayi yang membutuhkan input, begitupula dengan kita, orang dewasa, dalam belajar bahasa asing. Apalagi kita sudah punya bahasa pertama dan kedua yang akan menambah kesulitan kita dalam berbahasa, input itu bertambah penting, cobalah buka novel bahasa asing yang tidak anda kuasai. Lalu ucapkanlah, nah bagaimana? saya yakin anda tidak bisa dan tidak akan percaya diri melakukannya, walaupun novel itu punya huruf alphabet yang sama. Kenapa? Karena anda tidak pernah belajar bahasa itu, atau dapat dikatakan anda tidak pernah menyimak bahasa itu dalam kehidupan anda, sehingga anda tidak tahu bagaimana mengucapkannya. Mungkin anda punya background knowledge terhadap apa yang ingin dikatakan namun ketidaktahuan bahasa membuat anda tidak bisa berbicara. Kondisi ini ditambah parah dengan status “bahasa asing” bahasa tersebut bagi anda.
Input itu bisa kita dapat dari orang di sekitar kita dan bisa kita dapat juga dari media seperti komputer, TV, radio dan sebagainya. Jika seorang siswa ingin belajar bahasa Inggris, dia butuh input bahasa Inggris, begitupula dengan siswa yang ingin belajar bahasa asing lainnya. Jika kita bisa langsung ke negeri asal pengguna bahasa tersebut, itu lebih baik karena input yang akan kita dapatkan sangat besar. Namun menurut saya kesempatan untuk itu jarang sekali didapat. Oleh karena itu, kita butuh input di sini, input yang bisa memberikan kita masukan bahasa dan gambaran kondisi yang sebenarnya, yang sifatnya otentik. Input itu adalah film bahasa asing yang sesuai.
Film pada umumnya merupakan hiburan yang berisi cerita, sehingga dibuat menarik dan menyenangkan. Nah, yang menyenangkan dan menarik ini sangat cocok dipakai untuk belajar, apalagi dalam bahasa Inggris ada istilah English is Fun, right? Cerita yang disajikan dengan bahasa asing akan menjadi media pembelajaran bahasa asing yang luar biasa hebatnya. Bukan saja rasa senang yang dirasakan oleh siswa, namun berbagai aspek kebahasaan mulai dari keterampilan berbahasa sampai pada ilmu bahasa akan mengalir bersamanya.
Oleh karena itu melalui film, tentunya bukan film bisu ya, input bahasa asing kita dapatkan, Inilah gunanya. Bagaimana mengucapkan kata-kata sulit, bagaimana mempersilahkan orang masuk ke rumah, bagaimana meminta maaf, dan bagaimana mengucapkan salam, anda akan dapatkan di film. Begitupula pengetahuan gramatikal dan kosakata.
Selanjutnya, film kita bawa ke dalam kelas sebagai media pembelajaran. Dalam persiapannya, yang utama adalah kita menentukan peran guru sebagai fasilitator, setelah itu kita tentukan faktor pendukungnya.