Mohon tunggu...
ARAYRI
ARAYRI Mohon Tunggu... Guru - Adzra Rania Alida Yasser Rizka

Sampaikanlah Dariku Walau Satu Ayat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sinetron "Malu-Malu Kucing" Mencampur yang Haq dan yang Batil?

12 Juli 2015   12:44 Diperbarui: 12 Juli 2015   20:26 5678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ada ustadnya ada juga ibu perinya, gambar diambil dari youtube.com"][/caption]

Sebenarnya saya jarang sekali menonton acara TV, karena memang di rumah tidak ada antene TV, namun karena hari-hari ini libur sekolah, anak-anak sering menginap di rumah mbahnya yang ada tv nya, jadilah mereka menonton. Dan pada akhirnya saya harus menemani mereka. Pada beberapa malam, saya dan dua anak saya menonton salah satu film sinetron yang tayang di TV, film Malu-malu Kucing. Film ini pemeran utamanya adalah seorang anak remaja putri yang aneh, seperti kucing, namanyapun Meong. Dalam film itu diceritakan, dia punya kalung ajaib yang bisa memberinya kekuatan. Selain itu di dalam film ada ibu peri baik yang sayang pada Meong. Ibu peri berwujud manusia kucing yang bisa berubah menjadi kucing berwarna putih. Penjahat dalam film ini juga seorang manusia kucing, dia bisa berubah menjadi kucing warna hitam dan manusia. 

Pada dasarnya saya tidak permasalahkan film dengan cerita seperti di atas, tetapi yang membuat saya risih adalah ketika dalam film berbau khufarat (hayal) seperti di atas, disuguhkan dakwah Islam. Meong itu hidup di tengah keluarga Islam, Ibunya seorang wanita berjilbab solehah, kemudian Bapaknya juga religius. Selain itu muncul karakter seorang ustad yang berdakwah. Saat saya tonton semalam, sang ustad memberikan wejangannya pada seseorang yang ingin tobat. Salah satu dakwahnya adalah bahwa pintu tobat terbuka lebar bagi siapa saja yang mau bertobat, sebelum dia meninggal dunia (tayang Sabtu Malam, 11 Juli 2015).  

Menurut saya, mencampurkan yang khufarat dan yang benar bagaikan mencampur yang haq dan yang batil. Allah berfirman (2:42) “Walaa talbisul haqqo bilbaathil” artinya “dan janganlah kamu campurkan yang hak dengan yang batil”. Bagaimana seorang keluarga Islam punya anak yang memakai kalung ajaib? Bukankah mempercayai kalung yang punya kekuatan bagaikan jimat itu merupakan sirik? Di lain pihak ditampilkan ada ustad yang berdakwah ajaran Islam tetapi ada juga ibu peri manusia kucing berwarna putih yang baik hati pada Meong. Anak saya sampai bertanya,”Emangnya ibu-ibu kucing itu dari Allah ya Pak?”  

Yang seperti itu menurut saya bahaya untuk akidah. Ketika film itu ditonton oleh anak-anak (karena jam tayangnya sebelum jam 8 malam), itu akan membentuk kepercayaan yang salah. Di satu sisi mereka melihat seorang ustad yang berdakwah sangat Islami, di sisi yang sama mereka juga melihat tokoh utama, alias jagoannya, yaitu Meong, memiliki jimat dan punya ibu peri manusia kucing. Seolah-olah antara ustad, jimat, dan ibu peri adalah sama, semua baik dan benar.  

Ketika anak-anak melihat semuanya sama benar, maka keyakinan merekapun bisa salah: yakin pada kalung jimat, pada kucing jadi-jadian, dan pada ibu peri manusia kucing, sama dengan yakin pada apa yang diajarkan ustad. Kalau sudah begitu repot memberi pemahamannya. Saya sendiri bingung bagaimana mencegah anak menonton film ini lagi, tetapi saya sudah niat besok-besok, ga boleh nonton film ini lagi. Walaupun pasti pada merengek, namun biarin saja deh.   

Membuat sebuah cerita film, terutama film yang akan ditonton oleh anak-anak atau remaja saya pikir harus hati-hati. Jika kita ingin menyajikan film dakwah, saya pikir sajikanlah dengan benar. Contoh, maaf-maaf ya, menurut saya, film anak-anak yang sukses dalam menyampaikan dakwah adalah film Ipin Upin. Dalam film ini disajikan dakwah puasa, dakwah idul fitri, dakwah membaca doa, dan lain sebagainya. Kalaupun ada yang hayal, konteksnya dalam film benar-benar mereka sedang menghayal. Film produk lokal  contohnya adalah Adit dan Sopo Jarwo. Film kartun ini ada muatan Islaminya yang disampaikan oleh ustad “Dedy Mizwar”.

Oleh karena itu saya berharap, para penulis cerita film, apalagi film untuk anak-anak, dapat menyuguhkan film dengan cerita yang lebih pas. Artinya jika itu film dakwah, maka isilah dengan yang Haq sesuai ajaran. Kalaupun ada yang batil, berikan proporsi yang pas, misalnya yang batil itu milik penjahat, jangan menjadi milik jagoannya. Jadi pertarungan yang terjadi antara yang haq dan yang batil, jelas. Jika itu film hayal saya pikir juga tidak masalah, buatlah keseluruhan dalam bentuk fiksi, sehingga jelas bahwa ini film hayal. Kita dapat memberitahu anak kita lebih awal, bahwa film ini untuk hiburan semata.

Bagi para orang tua, sebaiknya selalu menemani anak-anak menonton TV, karena TV dengan berbagai acaranya, tentu memiliki porsi yang beragam, ada yang untuk anak, remaja, dan orang dewasa. Kalau yang ditonton film hayal, beri pemahaman bahwa ini adalah film yang tidak ada dalam kehidupan nyata, dan ditonton untuk hiburan saja. Jika bukan film hayal, beri pengertian dalam berbagai hal, misalnya tidak meniru tingkah laku jelek atau sumpah serapah. Bisa dengan mengatakan bahwa yang dipraktekan di film salah, dan mengatakan apa yang benar menurut kita.

Dengan menemani, akan banyak manfaat yang didapat, seperti anak akan terkontrol tingkah laku dan perkataannya, kemudian jika anak punya pertanyaan atau persepsi terkait film, bisa kita beri penjelasan dan arahan dengan cepat dan tepat. Manfaat yang tidak kalah penting adalah hubungan kita dengan anak akan lebih harmonis. Jadi, jika ada film yang menurut kita mencampurkan yang haq dan yang batil dan membuat bingung anak, kita bisa tahu sedari awal dan kita bisa hindarkan anak menontonnya. Wallahualam …   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun