Setelah sebelumnya saya pernah menulis: Kenapa narrative text disajikan di SMA? (di sini), nah sekarang, setelah melalui renungan panjang, akhirnya saya tahu kenapa belajar teks narasi itu sangat penting, sampai di kurikulum harus diulang-ulang tiap semester. Renungan itu juga muncul setelah saya semakin rajin menulis dan memposting tulisan saya yang notabene mengangkat isu-isu terkini. Ada satu hal yang prinsipal dan sangat penting mengenai teks narasi itu.
Memang sebelumnya dan sampai saat ini, bagi saya seorang pengajar Bahasa Inggris, yang paling penting untuk dipelajari siswa adalah yang sifatnya real life situation, artinya situasi yang nyata ada di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari. Kalau ga nyata ngapain juga dipelajarikan? Namun karena berdasarkan acuan tersebut, saya mengalami kebuntuan dalam memahami pentingnya teks narasi. “Kayanya ga ada pentingnya belajar teks narasi dalam kehidupan nyata, ga kepakai pula!” Pikir saya saat itu.
Namun seiring dengan semakin seringnya saya menulis topik-topik yang berkaitan dengan isu saat ini, atau yang sesuai dengan kehidupan sekeliling kita, semakin saya merasakan dan merindukan kehadiran teks narasi. Jika saya menulis teks yang berhubungan dengan isu-isu saat ini, tentu orang yang membacanya saat ini akan merasakannya karena sedang hangat-hangatnya, sedang terjadi, namun jika teks itu dibaca di lain waktu beberapa tahun kemudian ada kemungkinan teks itu sudah tidak relevan, sudah basi, alias sudah tidak menarik, sama sekali tidak akan dibaca orang. Nah di sinilah poin yang saya ingin garis bawahi.
Poin penting selanjutnya adalah jika kita berfikir selalu tentang situasi nyata saat ini, lama-kelamaan kita akan merasa bosan dan jenuh. Sudah begitu artikel kita akan berhenti di sebuah masa yang pendek, namun kalau kita mencoba menulis sesuatu yang tidak nyata, fiksi, berupa teks narasi, teks itu akan panjang umur, abadi dan dikenang selamanya, serta hidup kita akan menyenangkan karena cerita-cerita yang menarik.
Contoh cerita, Malin Kundang yang datang sejak jaman dulu sampai sekarang masih abadi terdengar di masyarakat. Begitu pula cerita Cinderella, Tangkuban Perahu, Snow White, dan lain sebagainya. Hans Christian Andersen misalnya, seorang penulis cerita yang sudah menulis sejak jaman dahulu kala, walaupun sudah tiada orangnya namun masih dapat kita nikmati karya-karyanya sampai sekarang. Jika kita menulis teks narasi dengan versi kita sendiri, dibaca sekarang, atau di masa depan akan tetap sama kenikmatannya, insya Allah. Itulah perbedaannya!
Oleh karena itu, bagi seorang guru bahasa, wajib kiranya kita memberikan materi teks narasi bagi siswa, agar karya-karya cerita narasi terus bermunculan. Bayangkan jika ada siswa yang dapat membuat cerita sekelas Hobit! pasti luar biasa! Siswa kita adalah anak-anak cerdas yang punya wawasan cerita rakyat yang beraneka ragam dan banyaknya. Saya yakin banyak di antaranya punya potensi membuat cerita yang menarik. Mereka harus kita gali sampai keluarlah bakat yang terpendam. Jika mereka dapat menghasilkan karya yang besar tentu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Jika mereka menjadi besar tentu mereka dapat memberi pengaruh kepada generasi selanjutnya dengan cerita-cerita yang penuh makna dan bermanfaat, sehingga dapat membantu bangsa yang sedang terpuruk ini.
Bagi kita secara umum, jika kita belum terbiasa menulis teks narasi, saya pikir kita patut mencoba menulisnya. Jika kita punya waktu luang, kita dapat berimajinasi dan menulis, sehingga tertuang ide cerita. Mulai dari, yang sederhana cerita pendek seratus kata, sampai pada cerita pendek 10 halaman, bahkan sampai cerita novel! Bercerita dengan tema sesuai kesukaan kita. Saya yakin tidak hanya kita yang menikmati tetapi anak-anak sampai cucu-cucu sampai cicit cicit kita. Apalagi dengan pesan moral ala kita, sehingga tidak hanya pesan moral dari cerita Sangkuriang atau Roro Jongrang saja yang menghiasi wawasan mereka, tetapi juga pesan moral cerita kita, bukan hanya pesan moral tidak durhaka pada orang tua, tetapi juga tidak korupsi bagi orang muda dan orang tua. Insya Allah akan banyak manfaatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H