Mohon tunggu...
ARAYRI
ARAYRI Mohon Tunggu... Guru - Adzra Rania Alida Yasser Rizka

Sampaikanlah Dariku Walau Satu Ayat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menjadi Kolektor Kaset

9 Januari 2015   23:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:27 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_345629" align="aligncenter" width="448" caption="koleksi favorit saya, Pearl Jam, foto pribadi"][/caption]

Hobi mengoleksi kaset muncul ketika seorang sepupu datang ke rumah saya dan melihat koleksi kaset yang saya pajang di ruang keluarga. “Bro kasetnya banyak bener dan masih utuh!”. Koleksi kasetku udah ga tau kemana”. Pernyataan sepupu saya ini kemudian menjadi renungan serius dalam benak saya. Kayaknya koleksi kaset saya cukup menarik untuk dilihat. Walaupun saya sudah ga pakai lagi tetapi bagi saya koleksi ini punya nilai. Kaset saya pajang di tengah rumah dalam rak khusus. Kaset ini secara rutin saya bersihkan kotaknya, sehingga debu tidak tebal menempel.

Lain waktu seorang teman bingung mau dikemanakan kaset-kasetnya ketika sedang membersihkan kamar. Waktu itu saya langsung bilang “Uda buat guwe aja, guwe kan kolektor kaset!” Dengan pede saya minta langsung saat itu juga. Alhamdulillah kasetnya yang cukup banyak sekitar belasan jatuh ke tangan saya. Hehe lumayan, gratis. Buat nambah koleksi. Selanjutnya yang terbersit dalam pikiran saya adalah bagaimana memperoleh kaset lainnya untuk menambah koleksi.

[caption id="attachment_345630" align="aligncenter" width="448" caption="dari abang saya, hip hop!, foto pribadi"]

1420795334957663188
1420795334957663188
[/caption]

Setelah dua peristiwa itu saya mulai mencari kaset-kaset yang sudah tidak dipakai lagi. Orang pertama yang saya minta adalah abang saya. Kebetulan dia baru pindaha rumah. Saya langsung nembak aja “E kaset lo buat guwe ya?” Kaset apaan?” waduh rupanya abang saya lupa pernah punya kaset. Elu dulu punya, nanti kalau ketemu buat guwe ya” Ya udah bawa aja”. Asik.  Akhirnya saya jelajahi rumah orang tua saya, dan ketemu! belasan kasetnya berhasil menjadi milik saya. Selanjutnya target saya adalah sodara-sodara dan sahabat lainnya. Alhamdulillah lancar, ada yang kasih satu, ada juga yang sepuluh.

[caption id="attachment_345633" align="aligncenter" width="448" caption="dari sahabat, modern rock!, foto pribadi"]

14207955151623069909
14207955151623069909
[/caption]

Mengumpulkan kaset di jaman ini cukup menggairahkan. Kenapa? Pertama. Karena kaset menjadi barang langka. Bukan hanya langka keberadaanya, tetapi juga langka disetel dan diperdengarkan. Saat ini musik sudah menjadi file yang bisa didengarkan melalui HP atau laptop. Saya saja sudah 4 tahun ga pernah nyetel kaset. Anak saya yang paling gede berumur 5 tahunan ga kenal kaset. Itu bukti kaset akan menjadi barang sejarah yang tidak dikenal oleh generasi sekarang dan mendatang. Kaset, logikanya akan memenuhi museum suatu saat nanti dan akan dilihat dan dipelajari orang.

Saat ini jarang sekali kaset dijual. Umumnya musik sekarang dijual berupa CD. Apalagi sejak toko kaset banyak yang tutup, termasuk yang besar seperti Aquarius Pondok Indah dan Mahakam di Jakarta. Kemudahan mengunduh musik dari internet adalah penyebab utama. Jaman berganti, cara mendengarkan musikpun berganti. Menjual kasetpun bukan di took kaset lagi tetai di restoran-restoran cepat saji atau di mini market serta supermarket.

Kedua. Dalam memperoleh kaset-kaset lama atau bekas, dana yang saya keluarkan tidak banyak, bahkan kebanyakan gratis. Yang dijualpun murah, kisaran 5 sampai 10 ribu doang untuk harga kaset bekas. Dengan syarat kaset dan kotak serta kovernya ada. Kalau cuma kotaknya doang saya ga mau, atau cuma kasetnya doang, tetapi kalau dikasih gratis saya akan terima. Siapa tahu suatu waktu saya dapat kotak dan kovernya atau kasetnya. Yang ketiga, kaset pada umumnya orisinil semua, beda dengan CD yang saat ini bajakannya betebaran dimana-mana, dengan kualitas yang relatif sama. Walaupun jaman dulu ada juga kaset bajakan, tetapi ga banyak, plus kualitas rekamannyapun jelek, biasanya mendem. Model bajakan lainnya adalah penyanyi/bandnya bukan yang asli, tetapi kover band, yang biasa membawakan lagu band asli.

Keempat. Mengoleksi kaset berarti menambah wawasan musik, karena dengan memperoleh kaset dari teman atau sodara yang berbeda selera musiknya, berart saya mencoba menikmati berbagai jenis musik. Saya sendiri penikmat musik rock dan grunge, karena saat saya remaja masanya rock khususnya grunge berkembang. Kaset yang saya dapat dari teman dan sodara pada umumnya adalah kaset dengan jenis musik berbeda, seperti dari abang saya, hiphop, dari teman ada yang boyband, ada juga yang penyanyi solo wanita dan pria. Keanekaragaman itu membuat wawasan musik saya bertambah, bukan hanya mengetahui tetapi juga mendengarkannya secara rutin.  Gambar berikut adalah koleksi kaset yang saya punya.

[caption id="attachment_345634" align="aligncenter" width="448" caption="britpop, foto pribadi"]

1420795568573464844
1420795568573464844
[/caption]

[caption id="attachment_345635" align="aligncenter" width="448" caption="solo lawas, foto pribadi"]

14207956172073439006
14207956172073439006
[/caption]

[caption id="attachment_345636" align="aligncenter" width="448" caption="kaset band grunge, foto pribadi"]

142079566892715728
142079566892715728
[/caption]

[caption id="attachment_345637" align="aligncenter" width="448" caption="solo modern, foto pribadi"]

14207957081844030275
14207957081844030275
[/caption]

Mengoleksi kaset bagi saya berarti memelihara tape dan kasetnya. Kegiatan memelihara itu menurut saya sangat menarik. Mulai dari menservice tape ke tukang service kemudian membersihkan kaset dan tapenya sampai menjaga agar pita kaset tidak kusut. Beberapa tips dari pengalaman saya dalam memelihara kaset adalah ketika disimpan setiap kaset tidak boleh dalam kondisi setengah dimainkan, tetapi harus dalam posisi di awal atau di akhir, sehingga yang terlihat adalah pita putihnya. Kemudian sesekali masukan ke dalam kulkas selama sehari atau semalam. Ini saran dari beberapa teman agar pitanya terjaga, tidak melar. Kalau melar, akan sering nyangkut dan pada akhirnya kusut ketika disetel. Player harus kita jaga kebersihannya, termasuk bagian yang menempel pada pita kaset ketika dinyalakan. Jika kotor suara akan mendem dan tertahan. Setel setiap kaset paling ga seminggu sekali.

[caption id="attachment_345640" align="aligncenter" width="448" caption="koleksi cadas, foto pribadi"]

1420795841136134974
1420795841136134974
[/caption]

Koleksi kaset saya pada umumnya musik barat, jumlahnya lebih dari seratus. Yang kurang di rumah saya adalah kaset band dalam negeri. Saya cuma punya beberapa seperti Padi, Cokelat, dan Debrur (bandnya upie guava). Dulu punya Iwan Fals dan Slank cuma sekarang ga tau kemana. Jadi jika ada pembaca yang mau menghibahkan kaset Indonesianya saya mau! Sheila On 7, Zamrud, Boomerang, Ada Band, misalnya, saya mau. Kaset luar juga mau! Insya Allah saya akan pelihara kasetnya dengan baik. Jika berkenan saya siap bernegosiasi.  Bagi pembaca lainnya jika dulu punya koleksi kaset, jangan dibuang, dirapihkan saja dan dipajang. Percaya suatu saat akan lebih berharga dan kaset-kaset itu akan menjadi kenangan ketika melihatnya, hidup andapun akan lebih bergairah. Kalau anda sudah tidak berminat bisa diberikan ke saya. Saya akan pelihara dengan baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun