Mohon tunggu...
Ahmad hikamuddin
Ahmad hikamuddin Mohon Tunggu... -

sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain :) belajar menulis :P

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Analisis Seoarang Dai

27 Maret 2013   14:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:08 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan dakwah merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Di dalam kegiatan dakwah, ada subjek dan ada objek. Subjeknya adalah seorang da’i dan objeknya adalah mad’u. Begitulah potret kegiatan dakwah secara khitabah atau ceramah yang salah satunya dilakukan oleh tokoh bernama Drs .H. Djafar As Sidiq  dalam agenda pengajian rutin ibu-ibu yang biasa diselenggarakan pada hari Sabtu pukul 08.00 di Majlis Ta’lim Al Qusairiyah, tepatnya berada di sebuah desa bernama Jatihandap Mandalajati -Bandung.

Drs. H. Djafar As Sidiq lahir dari pasangan KH. Ahmad Qusairi dan Ma Thioh. lahir di Bandung tanggal 21 juni 1954. Menyelesaikan S1 di fakultas tarbiyah STAI Muhammadiyah Bandung. Beliau kegiatan sehari hari beliau ialah mengajar pelajaran Agama Islam di SDN Cimuncang 2, menjadi Imam mesjid Al Hikmah  dan sebagai  Seorang Da’I yang berdakwah khitobah (Ceramah) dari satu majelis ke majelis lain. Dari suatu mesjid ke mesjid lain. .kehidupan beliau sederhana dalam gaya hidupnya, Santun , lembut tutur katanya. Dan Bijak dalam  memberikan masukan atau tanggapan kepada masyarakat dalam suatu permasalahan yang dihadapi masyarakat.  Mungkin karena itu Drs.H.Djafar As Sidiq di segani dan dihormati masyarakat di desanya sehingga di anggap sebagai tokoh masyarakat atau seorang ustad.

Adapaun salah satu kegiatan yang beliau lakukan adalah pengajian rutin. yang biasa diselenggarakan pada hari Sabtu pukul 08.00 di Majlis Ta’lim Al Qusairiyah. Pengajian ini dihadiri oleh ibu ibu dengan jumlah sekitar 50 orang. Dari sekian banyak jama’ah yang hadir, menunjukkan adanya proses sosial yang dititikberatkan pada tataran interaksi antar jama’ah di dalam Masyarakatnya.

Pada permulaan acara pengajian, setiap yang baru datang ke majlis biasanya berkeliling menyalami jama’ah lainnya yang telah datang terlebih dahulu. Ini menunjukkan bahwa dari segi sistem pelapisan sosial tidak begitu nampak, karena tidak ada aturan yang kaya tidak boleh menyalami yang miskin atau yang guru PNS tidak boleh menyalami guru honor. Memang, selain untuk menuntut ilmu di majlis ta’lim, juga menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan di kalangan umat muslim melalui forum silaturahmi atau silaturahim ini.

Kata silaturahmi atau silaturahim dalam istilah sosiologi disebut interaksi sosial. Interaksi sosial  merupakan fondasi dari hubungan yang berupa tindakan berdasarkan tata nilai dan norma norma yang terapkan di masyarakat. Ditambahkan oleh Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama.

Berbicara tentang dakwah, ketika da’i menyampaikan pesan dakwah tentunya akan ada respon dari mad’u. mengenai hal ini, para tokoh penganut teori behavioristik mengemukakan bahwa, “Suatu stimulus khusus dan respon khusus yang saling berhubungan menghasilkan hubungan fungsional di antara mereka”.

Teori ini berkaitan dengan respon mad’u atas hasil interaksi dengan da’i. Respon orang tidak akan sama ketika berinteraksi, ada yang menyikapinya dengan baik dan ada juga yang sebaliknya. Jika da’i tersebut menarik dalam hal menyampaikan materi, maka akan ada respon yang baik dari jama’ah, terlebih lagi dari segi aplikatifnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sebaliknya jika da’i tidak menarik dalam hal menyampaikan materi maka respon jama’ah kurang dan terkadang mengacuhkan pesan yang disampaikan.

Sehingga, di sini seorang da’i harus menyampaikan materi yang sesuai dengan kondisi mad’u agar mad’u memberikan respon yang baik dan menghasilkan hubungan fungsional di masyarakat. Maka, tujuan dakwah akan tercapai.

Kembali pada pokok bahasan, Bapak Drs.H. Djafar as Sidiq adalah salasatu contoh Da’i yang dapat menyampaikan pesan yang sesuai kebutuhan mad’unya. Dimana mad’u memberikan respon yang baik yang sedikitnya tujuan dakwah islam sedikit demi sedikit dapat tercapai.dapat di ambil contoh kegiatan dakwah ini tidak hanya berlaku di dalam majlis saja namun berkelanjutan di lingkungan masyarakat misalnya dengan mengaplikasikan pesan dari da’i dengan tindakan-tindakan yang baik dan sesuai dengan ajaran Islam.

Dakwah merupakan proses sosial, karena di sana melibatkan individu dan masyarakat yang di dalamnya terjadi interaksi sosial. Masyarakat berkumpul di suatu tempat, bersilaturahmi dan menuntut ilmu agama. Juga memupuk rasa persatuan dan kesatuan serta menghilangkan sistem lapisan sosial yang terkadang menimbulkan berbagai kesenjangan dalam berbagai bentuk konflik.

Namun, tetap  sebuah pribahasa yang  mengatakan “tak ada gading yang tak retak” tak ada manusia yang sempurna. Maksud pribahasa ini untuk analisis seorang Da’i bahwa Drs. H Dindin solahudin M.Ag menyatakan dalam tulisanya Tabligh Melaui Mimbar “Khitabah atau cermah   di tengah masyarakat kita sudah membudaya. Ironisnya dipandang masih belum  mampu menunjukan efektifitas yang semestinya” Artinya ceramah keagamaan disana sini melalui media mimbar ataupun media lainya belum mampu mengantarkan masyarakat kepada islamitas yang lebih dari sekedar minimal.

Begitupun efek kegiatan dakwah yang dilakukan Bapak  Drs. H. Djafar as Sidiq masih belum bisa mengantarkan kepada islamitas yang lebih dari sekedar minimal. Ketika Ibu ibu pengajian yang menghadiri pengajianya dengan pakaian yang rapih dengan jilbab yang menutupi rambutnya namun setelah selesai pengajian atau ketika melakukan kegiatan sehari hari jilbab itu di lepas atau tidak digunakan semana mestinya.

Kemudian salah satu contoh lagi dari jamaah mesjid Al hikmah. Ketika melakukan peribadatan atau ritual seperti Sholat berjamah di mesjid. Shaf 1,2,dan 3 dipenuhi oleh Ma’mum dari berbagai golongan dari Tua, dewasa, remaja sampai anak anak. Namun ketika ada pengajian untuk mereka. Hanya segelintir orang saja yang hadir yang dapat di hitung dengan jari.

Namun terlepas dari kekurangan itu, setidaknya Drs. H Djafar as Sidiq. Mampu sedikitnya mempersatukan masyarakat, mengikat tali persaudaran dengan silaturahmi atau silaturahim. yang hasilnya kita tahu seperti memanjangkan umur, berkah rezeki dan jauh dari segala mara bahaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun