Zaman boleh berubah namun satu yang tak pernah hilang, perjuangan. Dahulu, anak bangsa ini berjibaku mempertaruhkan jiwa dan raga demi cita-cita kemerdekaan. Sekarang, anak bangsa berjuang mempertahankan jiwa dan raga dari ganasnya serangan virus Covid-19.Â
Dahulu, kaum muda berjuang melawan musuh yang wujudnya kasatmata, penjajah Belanda dan Jepang. Bentuk perjuangan dengan cara mengangkat senjata atau berperang secara fisik, organisasi dan perundingan. Tujuan perjuangan agar terbebas dari penjajahan dan meraih kemerdekaan serta mewujudkan negara Indonesia yang bersatu dan berdaulat.Â
Sekarang, kaum muda berjuang melawan musuh yang tak kasatmata, virus Corona. Bentuk perjuangan dengan sikap dan perbuatan yang pro pengentasan pandemi Covid. Tujuan perjuangan terbebas dari penyebaran dan penularan Corona serta menjadikan Indonesia pulih kembali dan bangkit dari keterpurukan.Â
Peran pemuda begitu penting. Ini dibuktikan dari berbagai peristiwa bersejarah di negeri ini. Salah satunya adalah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Peristiwa ini menjadi tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia dalam rangka menapaki kemerdekaannya.Â
Pemuda identik dengan sosok yang muda, dinamis, energik, bersemangat, pembelajar, gemar bereksperimen, dan atribut lainnya. Pemuda adalah aset negara. Pemuda menjadi tumpuan dan harapan bagi keberlangsungan dan perubahan suatu negara.Â
Bahkan pada masa pandemi ini, peran dan aksi generasi muda tak kalah penting. Saat dimana Indonesia dan juga dunia dihadapkan pada sebuah bencana nan besar, pandemi Covid-19. Menjelang akhir Oktober tercatat hampir 400 ribu kasus, sembuh 322 ribuan, dan meninggal 13 ribuan di seluruh Indonesia (covid19.go.id).Â
Sebuah statistik dari hari ke hari yang membuat kita semakin cemas. Berkecamuk sebuah pertanyaan besar kapankah wabah ini berakhir. Ataukah virus ini akan tetap abadi seperti yang pernah dilontarkan seorang pejabat WHO pada Mei lalu dan memaksa kita untuk hidup berdampingan selamanya. Sungguh tak terbayangkan jika ini terjadi.Â
Hampir delapan bulan berlalu sejak kasus pertama diumumkan pada Maret lalu tapi tampaknya belum ada tanda-tanda penurunan kasus pandemi Covid di Tanah Air. Indonesia masih terjebak dalam gelombang pertama pandemi Covid yang tiada berujung alias Endless First Wave. Demikian pendapat  Pandu Riono, epidemiolog Universitas Indonesia.Â
Dampak pandemi Covid begitu luar biasa. Hampir seluruh bidang, negara, kelas ekonomi, strata sosial, usaha, korporasi, dan perusahaan terkena imbasnya. Data dan fakta mengenai hal itu begitu melimpah dan dapat dengan mudah diakses di media massa bahkan bisa kita temui dalam realitas kehidupan sehari-hari.Â
Seorang epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyatakan bahwa virus Corona membawa dampak sangat besar dalam kehidupan manusia di dunia bahkan terbesar sepanjang sejarah pandemi. Dampaknya pun masih akan terasa hingga puluhan tahun ke depan seperti yang disampaikan pimpinan WHO Tedros Adhanom.Â
Kekacauan dan kerusakan yang ditimbulkan pandemi ini begitu nyata dan kronis. Corona berhasil menyabotase dan mengubah tatanan hidup manusia di planet ini hanya dalam hitungan beberapa bulan saja. Corona juga melahirkan pola hidup baru bagi sebagian penduduk bumi sebagai jawaban dari adaptasi yang diberlakukan.Â