Berkaca pada beberapa negara yang berhasil dalam menangani covid, ada beberapa faktor yang menjadi kunci suksesnya yakni:
Pertama, kepemimpinan. Di awal merebaknya corona, negara-negara seperti Laos, Kamboja, Vietnam, Taiwan, Hong Kong, dan Selandia Baru begitu aware, cepat beraksi, siap siaga dalam mengantisipasi penyebaran corona lebih lanjut. Kepemimpinan yang cepat dalam mengambil keputusan, bekerja keras dan cerdas serta tegas dan konsisten dalam eksekusi kebijakan, menjadi kunci utama bagi pemulihan kesehatan nasional.
Negara seperti Vietnam dianggap punya respons cepat dan kontrol pemerintah yang kuat. Vietnam bisa membuat keputusan yang cepat dan implementasi dengan segera. Sistem politik Vietnam sebagai negara satu partai, disebut para ahli sebagai penyokong keberhasilan dalam mengatasi covid.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern diakui banyak pengamat sebagai salah satu kepala negara yang sukses perangi corona. Selandia Baru bahkan mencatat 100 hari tanpa kasus covid. Namun Ardern tetap menerapkan protokol kesehatan demi mencegah gelombang baru corona (detik.com 10/8/2020). Profesor Michael Baker dari Universitas Otago, menyebut kekuatan utama Selandia Baru adalah kombinasi antara ilmu pengetahuan dan kepemimpinan (cnnindonesia 16/4/2020).
Kemudian, sinergi antar stakeholder. Selandia Baru dianggap contoh yang tepat dan layak jadi acuan bagaimana pemangku kepentingan di Selandia Baru dapat berkolaborasi dengan baik. Pemerintah bersama parlemen termasuk oposisi, bahu-membahu dalam melawan covid (bisnis.com 5/6/2020). Dukungan parlemen pada pemerintah ikut berkontribusi pada kesuksesan Negari Kiwi ini dalam mengatasi penyebaran covid.
Berikutnya, sistem kesehatan dan teknologi. Belajar dari pengalaman epidemi sars tahun 2002-2004, Hong Kong dan Taiwan yang terdampak parah, telah mengantisipasi munculnya wabah penyakit baru, menular, dan berbahaya dengan membangun sistem dan fasilitas kesehatan kelas dunia. Taiwan menggunakan big data dan teknologi untuk menahan laju penyebaran virus corona. Sementara Hong Kong melakukan pengujian virus corona yang sangat banyak dan cepat seperti yang dilakukan Korea Selatan dan Singapura (grid.id 23/5/2020).
Selanjutnya, aturan dan sanksi. Selama pandemi berbagai negara "berlomba" membuat berbagai aturan plus sanksi hukuman dari yang ringan sampai berat. Dari sebatas sanksi sosial sampai denda dan pidana penjara. Diharapkan hal itu dapat memberi efek jera bagi pelanggar sekaligus meredam menjalarnya pandemi.
Misalnya Singapura membuat UU Penyakit Menular. Jika melanggar, ancamannya hukuman penjara hingga 6 bulan atau denda maksimal 10.000 dollar Singapura (sekitar Rp 112 juta) atau kombinasi keduanya (kompas.com 27/3/2020). Di Korea Selatan, warga asing yang melanggar ketentuan karantina terancam dideportasi. Sedangkan warga lokal terancam hukuman penjara dan denda (katadata.co.id 24/4/2020). Taiwan memberlakukan hukum yang tegas kepada mereka yang membuat atau menyebar hoaks medis tentang wabah virus corona (kumparan.com 7/4/2020).Â
Terakhir, kedisiplinan warga. Hong Kong contoh nyata negara yang berhasil menahan pandemi corona karena masyarakatnya sudah aktif memakai masker sejak dini bahkan sebelum diperintahkan secara resmi (grid.id 23/5/2020). Contoh lainnya Brunei Darussalam. Negara kecil tapi kaya minyak ini memiliki tingkat kepatuhan warga yang tinggi. Brunei sudah memiliki UU yang mengatur penyakit menular sebelum merebaknya covid. Sistem pemerintahan yang unik dan jumlah penduduk yang tidak banyak, menjadi faktor keberhasilan pencegahan penyebaran corona (rmol.id 24/8/2020).
Bagaimana dengan Indonesia? Adakah secercah harapan bagi kita bisa keluar dari bencana pandemi ini? Sebagai negara besar, sebenarnya bukan tidak mungkin kita juga bisa mengikuti jejak langkah negara lain yang telah berhasil menangani covid. Dengan potensi yang dimiliki, sangat mungkin bagi kita bisa keluar dari lingkaran setan corona yang melilit saat ini. Dengan tekad bulat dan kemauan kuat, menjadi modal utama bangsa ini bangkit dari keterpurukan.
Covid memberi pelajaran akan pentingnya keseriusan dari semua pihak dalam segala hal dan setiap waktu. Tidak ada kata terlambat meski kondisi kita sudah babak-belur saat ini. Tidak ada waktu lagi untuk berdebat, berbantahan, saling menyalahkan dan menyudutkan. Buang jauh-jauh arogansi dan ego sektoral, pencitraan, adu gengsi, atau konflik kepentingan. Ibarat pasien, kondisinya sekarang sedang kritis gawat darurat. Harus segera ditangani sebelum semuanya terlambat. Bukankah satu nyawa begitu berharga?