Anak muda hari ini menjadi titik untuk memulai perubahan dalam mewujudkan emasnya Indonesia. Hari ini anak muda mendapat jalan yang cerah untuk berkontribusi dalam membangun bangsa, Contohnya Gibran sebagai wakil dari presiden yang memimpin negara. Jalan yang sudah ada dan terbuka tidak pasti mulus dan lurus untuk dilalui. Kerikil, bebatuan, lubang jalan, tidak adanya petunjuk jalan, dan ketidaksesuaian peta jalan akan menjadi tantangan bagi setiap negara, khususnya negara Indonesia
    Kita perlu pemikir progresif, kreatif, inovatif, dan modern untuk menjawab tantangan dari keadaan negara-negara saat ini. Melihat hal tersebut, anak muda dirasa mampu menjawab dari keperluan yang dibutuhkan negara untuk mengatasi tantangan-tantangan yang muncul. Anak muda mempunyai karakteristik terkait pemikiran kebaruan dan kreativitas. Sehingga karakter tersebut dapat dimanfaatkan di dalam menjawab segala tantangan bangsa ke depannya. Di dalam memimpin sebuah negara, pemikiran kebaruan dan kreativitas tidak menjadi faktor yang konkrit untuk membuat maju bangsa indonesia. Kepemimpinan, kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual lah yang menjadi indikator kunci keberhasilan dalam memimpin kemajuan bangsa. Dengan menjadikannya kapasitas di dalam memimpin sebuah negara, maka perlu kiranya para pemimpin negara ini bisa menampung untuk memiliki kapasitas tersebut
    Gibran menjadi harapan ideal dari anak muda untuk menjalankan perannya dalam memajukan bangsa Indonesia. Karakter-karakter anak muda yang selalu dia tonjolkan menjadikan kita menilai bahwa beliau memang anak muda. Itu dilihat dari program kerja beliau di Solo sebagai walikota dan juga ketika debat cawapres yang selalu membawa kebaruan di dalam setiap prosesnya. Tetapi, apakah Gibran mempunyai kapasitas di dalam memimpin negara yang besar? Apakah Gibran juga mempunyai kapasitas dari segi kepemimpinan, emosional, intelektual dan spiritual? Lalu, apakah Gibran juga menjadi harapan semua anak muda Indonesia di dalam memajukan bangsa? Kalau misalkan bukan harapan anak muda, harapan siapa lagi? Keluarga?
    Hal tersebut hanya bisa dijawab ketika kita sebagai rakyat Indonesia melihat dengan nyata bukti gagasan yang terealisasi dan keberdampakan nyata yang dirasakan oleh kita semua, khususnya anak muda yang diwakilinya. Apakah realisasinya nanti memang untuk kemajuan bangsa atau kemajuan keluarganya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H