Orang-orang Nasrani tidak habis mengerti, dan mereka sering kali bertanya-tanya, apa sih sesungguhnya rahasia di balik kekuatan umat Islam, yang menyebabkan mereka selalu kalah dalam berbagai Medan pertempuran melawan kaum muslimin. Mereka heran, apa sebabnya kaum muslimin yang jumlahnya lebih sedikit dan perlengkapannya lebih sederhana dan terbatas, mampu mengalahkan pasukan mereka yang lebih besar dan peralatannya jauh lebih canggih dan lengkap.
Orang Nasrani pertama yang melontarkan keheranan sekaligus pertanyaan di atas adalah keisar Heraklius, penguasaan imperium Romawi, setelah beberapa kali mengalami kekalahan dalam pertempuran melawan pasukan Islam, kaisar ini mengumpulkan para panglimanya lalu bertanya kepada mereka:Â
"siapakah sebenarnya orang-orang yang kalian perangi ini? Bukankah mereka manusia seperti kalian juga?" Lalu berdirilah seorang panglima dan menjawab pertanyaan kaisar: "wahai paduka tuan, mereka memang manusia seperti kita, tetapi mereka bukan sembarang manusia. Diwaktu malam mereka hidup bagaikan pendeta dan diwaktu siang mereka jadi pahlawan yang gagah berani. Mereka melakukan shalat, puasa, menjauhi minuman arak, tidak berzina, dan sekitarnya putra raja mencuri pasti dia akan dipotong tangannya. Setiap orang dari mereka itu mendambakan untuk mati mendahului saudaranya".
Setelah mendengar keterangan ini, kaisar Heraklius berkata: "Demi tuhan, orang-orang yang kalian sebutkan dengan ciri-ciri seperti itu, pasti kelak akan dapat menguasai tanah yang terletak di bawah kakiku ini".
Dikemudian hari, pasukan Islam ternyata membuktikan kebenaran ramalan kaisar Romawi tersebut. Mereka berhasil menaklukkan tanah Syam yang menjadi daerah jajahan Romawi pada saat itu.
Kekuatan Islam yang tercermin pada kekuatan tentara Islam itu, tidak lain karena kekuatan yang bersumber dari Aqidah dan semangat kepatuhan berpegang teguh kepada syari'at, baik berbentuk shalat, puasa, ibadah-ibadah lain, bersikap adil, menjauhkan diri dari yang haram seperti minuman keras, berzina, dll.
Seorang sejarawan Kristen bernama Fischer, pernah berkata:Â
"Islanlah agama yang memberikan kekuatan tersendiri kepada kebangkitan bangsa Arab sehingga menjadikan mereka lestari dan kekal abadi. Jika tidak karena kekuatan yang muncul dari jiwa keagamaan ini, niscaya bangsa Arab memerlukan kekuatan lain yang dapat membuat mereka memperoleh kemenangan.Â
Sekiranya semangat yang dimiliki oleh bangsa Arab untuk melakukan perjuangan demi kepentingan nafsu dan rampasan perang pasti mereka tidak akan pernah memperoleh kemenangan dan tidak akan mendapatkan sambutan baik dari bangsa Syam, parsi, Mesir, dan babar yang tunduk pada pemerintahan mereka. Sikap adilah yang membuat bangsa Arab berhasil memperoleh kekayaan dan menaklukkan musuh-musuhnya di Medan perang. Semua ini bersumber kepada agama baru yang muncul ditengah-tengah negeri mereka".Â
Selanjutnya Powel Smith menegaskan:Â
"setelah terjadinya perang dunia II , ternyata dunia Islam keluar menyerukan langkah dengan tetap (ibarat kisah dalam dengeng seekor burung mati lalu dibakar tetapi tiba-tiba dari sisa-sisa pembakaran itu muncul seekor burung yang lebih tegap dari yang mati). Â Pada saat yang sama mereka mengobarkan semangat revolusi menentang keserakahan penjajahan dan berseru dengan keras untuk memantapkan aqiqah kemudian kembali orang-orang Islam, guna menghadapi bahaya yang datang dari barat".