Sebatang pohon coklat dan strawberi. Kita menanamnya di bukit itu, pada suatu senja. Berlumut waktu siang dan malam. Penantian yang panjang. Hujan panas tak lekang. Kita menyambanginya saban petang. Menebarkan pupuk sambil merawat angan-angan. Lalu kita berlari mengejar impian di antara pohon-pohonnya yang mulai rimbun. Rindu telah menguning di pucuk-pucuk daunnya. Dan kita tak tahu lagi dimana harus menyembunyikan hasrat yang meronta ingin berpelukan. Waktu yang datang dan pergi seperti musim panas dan penghujan. Laut pasang surut. Di tengah-tengahnya angin pancaroba yang ganas menerbangkan segala impian. Kini aku hanya bisa menghitung langkahmu dalam remang bayang-bayang. Kaki-kaki yang jenjang. Purnama yang mungkin tak lagi berbinar. Tapi aku akan tetap menunggumu di bukit itu. Mungkin nanti engkau akan datang menemuiku. Pada suatu senja.
Jakarta, 14/2/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H