Di zaman globalisasi saat ini, tentu saja penggunaan alat komunikasi semakin berkembang. Seiring bertambahnya zaman, perkembangan dunia teknologi dan informasi semakin meningkat yang membuat masyarakat di seluruh dunia harus memiliki potensi untuk ikut dalam perkembangan tersebut salah satunya adalah adanya Handphone (Telepon genggam) sebagai alat komunikasi masa kini.
Perkembangan Handphone sebagai alat komunikasi tentu saja mendatangkan banyak sekali manfaat salah satunya berhubungan dengan komunikasi yang cepat dan singkat. Peningkatan teknologi Handphone sebagai alat komunikasi saat ini, dikatakan sebagai yang tercepat jika kita bandingkan dengan kemajuan teknologi yang lain. Bagaimana tidak, saat ini perkembangan Handphone sudah masuk ke dalam dunia anak bahkan sampai masuk ke dalam sekelompok masyarakat pedalaman salah satunya adalah suku Baduy yang berada di Indonesia.
Mengenai suku Baduy, mereka adalah sekelompok masyarakat yang tinggal di provinsi Banten dimana mereka mengasingkan diri dari dunia luar dan menolak modernisasi karena mereka sangat menjaga warisan dari nenek moyang terdahulu. Akan tetapi, dengan canggihnya era globalisasi sekarang, beberapa masyarakat dari suku Baduy, sudah menerima dampak dari globalisasi tersebut salah satunya yang berkembang di kalangan kelompok mereka adalah adanya Handphone.Â
Dalam suku Baduy di Indonesia, terdapat dua kelompok di masyarakatnya. Dikatakan terdapat suku Baduy luar dan suku Baduy bagian dalam. Mereka sama, hanya saja alasan mengapa adanya dua perbedaan kelompok ini dikarenakan beberapa hal, salah satunya kelompok masyarakat suku Baduy luar telah melanggar adat kemasyarakatan Kanekes dalam, sehingga dikeluarkannya suku Baduy luar membuat mereka lebih menerima globalisasi dan budaya luar.
Bagi masyarakat Baduy luar, penggunaan Handphone itu sebenarnya adalah larangan adat masyarakat. Akan tetapi, pemuka adat atau biasa dikenal sebagai (Kokolot) mengungkapkan penggunaan media digital seperti Handphone dan alat modern lainnya sebagai kebutuhan dan kelonggaran untuk memudahkan aktivitas sehari-hari walaupun sifatnya memaksa.
Adanya kelonggaran pada perubahan budaya bagi masyarakat Baduy luar ditunjukan oleh sebuah kepemimpinan yang transformasional oleh pemuka adat (Kokolot) sebagai orang yang dihormati. Robbin dan Judge (2008) mengungkapkan gaya kepemimpinan yang transformasional, yaitu pemimpin yang mengedepankan kebaikan organisasi dan mengenyampingkan kepentingan pribadi demi tercapainya tujuan bersama. Menunjukan bahwa mereka ingin selalu berubah tetapi untuk hal yang berdampak positif, dan selalu ingin berinovasi dalam budaya tetapi tidak menghilangkan unsur budaya lama.
Dalam dampak globalisasi yang diterima oleh masyarakat Baduy luar, tentu saja kelompok masyarakat mereka harus menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan teknologi yang ada. Ini dikarenakan adanya aturan adat istiadat yang tetap mereka jaga dan media digital seperti Handphone yang tidak disalahgunakan agar terciptanya keseimbangan antara kedua perbedaan tersebut.
Dampak globalisasi pada masyarakat Baduy luar tentunya menimbulkan dampak yang cukup berat bagi mereka, terutama budaya dan media dari luar seperti adanya Handphone sebagai alat berkomunikasi masa kini. Akan tetapi, pemuka adat (Kokolot) yang bertanggung jawab atas dampak dari globalisasi tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki jiwa kepemimpinan yang realistis, dimana dia mengungkapkan bahwa budaya luar yang masuk dapat disaring dengan mengambil dampak positifnya saja dan tentunya masyarakat harus dapat menyeimbangkan diri dan beradaptasi antara aturan adat istiadat dan pengaruh media asing seperti Handphone yang mereka gunakan sehari-hari untuk berkomunikasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H