Sebagaimana tujuan awal diciptakannya sebuah alat (bisa apasaja), tentu tidak bisa dilepaskan dari tujuan dasarnya. yaitu semata untuk kemudahan dan atau memudahkan manusia (penemu alat) dalam menjalani sebuah proses kehidupan sehari-hari, dalam bidang apapun itu. di dunia pendidikan dan pembelajaran, ada alat tulis, kertas dll. dalam dunia transportasi, ada Sepeda, Motor, Mobil dst, dan dalam kehidupan sehari-hari urusan kebun dan dapur misalnya ada pisau, cangkul, sapu dll.
Demikian dalam dunia komunikasi dan informasi, seiring perkembangan zaman ditemukan handphone yang demikian berkembang smartphone sebagaimana saat ini. keberadaannya adalah semata untuk membantu dan sebagai alat komunikasi-informasi. meskipun, dalam perkembangannya sebagaimana kita mafhum kemudian dengan adanya smarphone ini, hampir semua kebutuhan --tidak hanya komunikasi dan informasi-- disediakan dan bisa diakses dengan mudahnya.
Sehingga bahkan ada semacam keyakinan seolah semua hal hari ini tidak bisa dilepaskan dengan alat yang supercanggih ini. Sebelumnya, mungkin tidak pernah terpikirkan oleh manusia purbakala bahwa semua hal bisa dilakukan cukup dengan atau melalui gengangan tangan, smartphone. Namun, betapapun canggihnya, ia tetaplah alat dan tidak lebih.
Hal prinsip inilah yang sering dilupakan oleh kebanyakan pengguna smarphone saat ini. Smartphone yang harusnya diposisikan sebagai alat, justru dijadikan sebagai gaya hidup. Artinya, industri smartphone yang pastinya—bagi produsen-- akan terus diproduksi dengan segala pengembangannya dan terus berkembang setiap saat menyasar semua kalangan sebanyak-banyaknya. Tentu dengan iklan yang sangat menggiurkan.
Sebagai salah satu dampak buruk dari smartphone adalah bagi kalangan anak dan remaja. Cukup banyak penelitian soal ini. Yang pada intinya, ditemukan fakta bahwa akibat negatif smartphone yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya sejak dini tanpa pendampingan yang cukup dan memadai menyebabkan prilaku yang menyimpang dan hal-hal negative yang tidak diinginkan. Inilah kekwhatiran kebanyakan para orangtua yang pada saat yang sama tidak siap dengan kecanggihan alat tekhnologi.
Meskipun tentunya berlaku “dua mata pisau” bagi smartphone ini. Artinya, dampak buruk (negative) bersamaan dengan dampak baik (positif) yang ditimbulkan oleh smartphone bagi pengguna. Tergantung bagaimana memposisikan dan menggunakan smartphone dengan smart. Bagi pengguna yang smart tentu smartphone akan membantu dan membuat semakin smart dan mudah dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Dan tentu saja sebaliknya. Bagi kalangangan pengguna yang tidak cukup smart maka berpotensi akan dipermainkan bahkan menjadi korban dari sebuah produk yang smart ini. Tinggal kita pilih, mau menggunakan smartphone dengan cukup smart atau sebaliknya. Kembali pada kita, penggunanya. Itu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H