Masih bolehkah aku rasakan rindu?
Kalimat yang selalu muncul ketika aku mengingatmu,
Mengingat senyum mu, kala itu di ruang tamu rumahmu,
Aku menyukai setiap bait harsa yang kamu goreskan kala itu,
Meskipun kini, satu persatu bait mulai hilang,Â
Aku teringat setiap udara yang kala itu aku hirup dirumahmu,Â
Udara yang aku hirup kala harsa.
Udara yang aku hirup kala aku masih bisa bertutur aku mencintaimu, aku merindukanmu kapanpun aku mau.
Udara yang mengiringi malam kita dan menjadikannya harsa kala itu.
Namun, kini masing-masing kita membawa jauh setiap kenangan.Â
Sejauh kaki melangkah membawa segenap rasa ini pergi,
Dan kini kita seolah telah berada dalam relung waktu yang berbeda,
Tidak ada sapa, tidak ada kata, yang tersisa saat ini hanyalah nestapa, serta segenap rindu yang tak berujung
Kamu adalah rindu yang aku balut dengan tawa,
Kamu adalah rindu yang tidak bisa lagi aku tuturkan,
Dan aku kabarkan pada semesta bahwa semua tentangmu telah hilang.
Padahal, yang hilang hanyalah beberapa penggal bait dari kisah tentang kita,
Sedangkan rindu masih kerap hadir dan mengisi setiap relung bentala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H