Mohon tunggu...
ahmad fauzan dzikri
ahmad fauzan dzikri Mohon Tunggu... -

MAHASISWA UIN MAULANA MALIK IBRAHIM 2017

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Indonesia

14 September 2017   21:25 Diperbarui: 14 September 2017   21:31 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beribu pulau, beratus bahasa dan etnik, dengan agama berbeda menyatu di bawah panji Indonesia Raya, bendera Merah-Putih, Garuda dan ideologi pancasila. Itulah fakta dan kenyataan paling unik Indonesia dalam kegiatan berbangsa dan bernegara di dunia. Bagaimana kenyataan unik itu dipelihara, sehingga lestari menjadi sebuah kehidupan duniawi penuh kedamaian dan kesejahteraan bagai sekeping surga dan sepotong zamrut katulistiwa.

Sementara itu berbagai kerusuhan berbau agama, suku,tapal batas atau lainnya yang seseringkali berulang di negeri ini menunjukkan kesatuan unik itu tampak tidak terpelihara secra memadai. Keunikan kebangsaan dalam dekapan ratusan etnis berbeda keyakinan beragamaan di negeri ini penting dijadikan pembahasan. Karena berbeda keyakinan itulah setiap kelompok harus menyadari arti keberadaan pihak lain, bukan menafikan dan membenci berusaha menghapus dari memori kebangsaaan. 

Jika pemimpin politik dan keagamaan lebih sibuk dengan kekuasaan yang dipegang dan aura spiritual yang melekat, saatnya kelompok menengah dan elite kampung mengambil peran  pemelihara kedamaian hidup dengan berbeda keyakinan. Jika setiap pihak menghormati pihak lain dengan tafsir ketuhanan dan surgawinya senderi tanpa mengurangi kesalehan menurut keyakinan masing masing, terbuka ruang bagi warga negeri ini menikmati hidup sembari mengais keberlimpahan rejeki dari alam ciptaan ilahi. Sebaliknya apabila lalai, bukan mustahil keping syurga negeri ini bisa retak dan berubah menjadi gelombang penderitaan bagai serpihan neraka

Dari sini bisa dibangun kesediaan mengakui bahwa setiap orang berbeda agama akan dengan cara berbeda sesuai keyakinan masing-masing, sehingga "karena calon ahli surga dilarang saling mencaci dan menyakiti" karena bisa membatalkan lolos surgawinya masing-masing. Melalui cara demikian menjadi mungkin membangun jembatan abadi pertemanan atau silaturrahim di antara warga berbeda keyakinan agama dengan Tuhan Tunggal sesuai tafsirnya masing-masing .   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun