Mahasiswa KKN-T 78 UTM Desa Alang-alang Mengisiasi Pemasangan Jebakan Tikus KAPTUKERI (Perangkap Tikus Umpan Ikan Teri )Guna Mengatasi hama Tikus disawah yang bertempat pada Desa Alang-alang kec.Tragah Kabupaten Bangkalan Pada Hari Jum'at (17/06/2022)
Kegiatan Ini Merupakan Suatu Program Kerja kelompok KKN-T 78 UTM Universitas Trunojoyo Madura dalam Mengatasi Permasalahan Hama Tikus Sawah. Kegiatan Ini Berlangsung Pada pukul 15.00 Bersama Kepala Desa Alang-alang dan Kelompok Tani Desa Alang-alang guna Pemasangan KAPTUKERI (Perangkap Tikus Umpan Ikan Teri) pada Sawah dimana masih menjadi suatu Permasalahan disektor pertanian pada tanaman padi dan jagung yang menyebabkan slalu gagal panen khusunya Desa alang-alang .
Tanaman padi merupakan salah satu tanaman budidaya yang selalu menjadi target kerusakan tikus pada sawah. Menurut Kelompok Tani Desa alang-alang, kerusakan yang ditimbulkan tikus sawah memiliki pola tertentu yaitu, area sawah yang terserang akan nampak seperti stadion sepak bola dengan bagian tengah lebih pendek. Menurut Nasir (2020), masyarakat Indonesia sangat mengenal serangan yang diakibatkan oleh tikus sawah dan banyak berita yang menjelaskan tentang serangan tikus sawah di beberapa daerah, salah satunya yaitu Desa Alang-alang kecamatan Tragah Kabupaten Bangkalan. Petani di daerah tersebut mengeluhkan serangan hama tikus yang dapat menyebabkan terjadinya gagal panen pada tanaman padi maupun jagung. Tikus sawah dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi 11-176 batang padi akibat aktivitas makan yang dilakukannya. Serangan hama tikus dapat mengakibatkan terjadinya gagal panen pada suatu lahan pertanian. Hal tersebut berdampak pada kerugian secara ekonomi bagi petani
Pengendalian hama pada tanaman budidaya dengan berbagai cara telah dilakukan oleh petani. Metode yang sering digunakan untuk mengendalikan tikus sawah yaitu, penggunaan racun tikus atau rodentisida. Racun tikus yang digunakan berasal dari bahan kimia sintetis yang tentunya memiliki dampak negatif pada alam. Residu yang yang berasal dari racun tikus dapat menyebabkan kelestarian alam dan ekosistem terganggu. Menurut Sari dkk. (2016)
Pengendalian secara mekanik merupakan metode pengendalian hama dengan menggunakan alat sehingga mampu menekan populasi hama. Salah satu pengendalian mekanik yang dapat digunakan yaitu dengan perangkap tikus. Perangkap tikus memiliki mekanisme dengan memancing tikus masuk ke dalam perangkap yang menyerupai kandang dengan menggunakan umpan. Hal tersebut cukup efektif dalam menurunkan populasi tikus, akan tetapi dengan struktur perangkap tikus yang menyerupai kandang dengan banyaknya lubang dapat menjadi sisi kekurangan dalam penggunaan perangkap tersebut. Menurut Astuti (2013), tikus memiliki kemampuan neophobia. Neophobia merupakan sifat rasa curiga yang tinggi terhadap sesuatu sehingga dengan adanya lubang pada perangkap, tikus dengan mudah mengirimkan signal kimiawi kepada tikus lainnya. Hal tersebut membuat tikus lainnya tidak akan terpancing ke dalam perangkap, terlebih lagi jika umpan yang digunakan mengandung racun.
maka dari itu KKN-T 78 UTM menginisasi alat KAPTUKERI guna mengatasi hama tikus pada sawah Pada gambar tersebut dapat dilihat Bawa perancangan perangkap tikus umpan ikan teri, yang memiliki pintu isistem pintu yang bekerja secara otomatis buka tutup pada perangkap yang ditanam pada tanah serta diberikan umpan ikan teri guna memancing tikus untuk masuk kedalam perangkap. Ikan teri memiliki aroma yang kuat sehingga tikus lebih mudah menemukannya serta menyukai hal tersebut.Â
Ketika tikus sudah masuk kedalam lubang secara otomastis pintu tertutup kembali dan tikus tidak bisa keluar kembali secara tidak langsung tikus akan terus masuk kedalam yang aroam ikan semakin menyengat kuat. Ketika itu terjadi maka tikus akan terprosok kedalam wadahperangkap dan terapung dan sulit untuk mengirimkan sinyal kimiawi sebagai tanda bahaya pada tikus yang lain karena pintu tertup kembali dengan rapat karena perangkap kembali seperti semua. Penggunaan umpan ikan teri berpotensi untuk memancing 32 ekor tikus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H