Allah memulai kitab-Nya dengan Basmallah dan memerintahkan Nabi-Nya sejak dini pada wahyu pertama untuk melakukan pembacaan dan semua aktivitas dengan nama Allah,
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan"
Maka tidak keliru jika dikatakan bahwa Basmallah merupakan pesan pertama Allah kepada manusia, pesan agar manusia memulai setiak aktivitasnya dengan nama Allah Swt.
Memulai dengan nama Allah adalah adab dan bimbingan pertama yang diwahyukan Allah kepada Nabi-Nya  : Iqra' Bismi Rabbika. Permulaan itu sesuai dengan kaidah utama ajaran islam yang menyatakan bahwa Allah adalah al-Awwal wa al-Akhir wa azh-Zhahir wa al-Bathin/Dia yang Pertama dan Dia pula yang Terakhir, Dia yang tampak dengan jelas (bukti-bukti wujud-Nya) dan Dia pula yang Tersembunyi (terhadap siapuapun hakikat-Nya). Dia yang Maha Suci itu merupakan wujud yang haq, yang dari-Nya semua wujud memeroleh wujudnya, dan dari-Nya bermula semua yang memiliki permulaan. Karena itu dengan nama-Nya segala seuatu harus dimulai dan dengan nama-Nya terlaksana setiap gerak dan arah. "Demikian Sayyid Quthub dalam tafsirnya.
Az-Zamakhsyari dan banyak ulama tafsir mengemukakan bahwa orang-orang arab, sebelum kehadiran islam, memulai pekerjaan-pekerjaan mereka dengan menyebut nama tuhan mereka, misalnya bismi al-lata atau bismi al-'uzza (keduanya nama berhala), sementara bangsa-bangsa lain memulainya dengan menyebut nama raja atau penguasa mereka . hingga kini, dibeberapa Negara, masih terdengar ketua parlemen membuka sidang-sidangnya dengan ucapan : "Atas nama Allah dan atas nama rakyat". Yang mereka maksudkan adalah bahwa aktivitas yang mereka lakukan dilaksanakan demi mendapatkan kerelaan Tuhan atau raja atau untuk kepentingan rakyat, dan atau bahwa pekerjaan tersebut tudak akan terlaksana tanpa restu Tuhan atau raja. Kalau demikian, memulai pekerjaan dengan nama Allah berarti pekerjaan itu dilakukan atas perintah dan demi karena Allah, bukan atas dorongan hawa nafsu.
Oleh karena itu, ketika kita memulai suatu pekerjaan dengan menyebut "nama" Allah, pekerjaan tersebut diharapkan kekal di sisi Allah. Disini yang diharapkan kekal bukan Allah ; karena Dia (Allah) Mahakekal, tetapi pekerjaan yang dilakukakan itulah yang kekal, dalam arti ganjaran yang kekal sehingga dapat diraih kelak di hari Kemudian. Memang banyak pekerjaan yang dilakukan seseorang, bahkan boleh jadi pekerjaan besar, tetapi tidak berbekas sedikit pun ia tidak bermanfaat.
Selain itu, menyebut nama Allah dalam setiap kegiatan akan menimbulkan rasa ketanangan dalam hati. Hati yang tenang akan mempermudah setiap gerak gerik sesorang dalam melaksanakan setiap aktuvitasnya.
Semoga Bermanfaat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H