Yogyakarta (DIY). Terletak di tengah Kota Yogyakarta, Malioboro merupakan destinasi wisata yang mudah dikunjungi secara gratis. Dari Bandar Udara Internasional Yogyakarta (YIA), hanya dibutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan. Sementara itu, dari Bandar Udara Adisutjipto, waktu tempuhnya hanya sekitar 30 menit. Jika menggunakan kereta api, Stasiun Tugu Yogyakarta berada tepat di depan kawasan Malioboro, sehingga akses menuju lokasi ini sangat mudah. Di dekat Malioboro terdapat destinasi wisata yang tidak kalah menarik, seperti Benteng Vredeburg, Museum Sonobudoyo, Taman Pintar, Titik Nol Yogyakarta, Keraton Yogyakarta, Alun-Alun Kidul dan Alun-Alun Lor, serta Tugu Yogyakarta.
      Malioboro adalah destinasi wisata yang berada di Provinsi Daerah Istimewa      Malioboro adalah destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat berada di Yogyakarta. Di sini, wisatawan dapat menemukan berbagai macam oleh-oleh khas Yogyakarta, mulai dari makanan seperti bakpia, gudeg, tiwul, sate klathak, hingga suvenir seperti baju batik dan kerajinan tangan. Namun, sejak Februari 2022, para pedagang kaki lima yang biasanya memenuhi pinggir jalan Malioboro dipindahkan ke Teras Malioboro. Langkah ini diambil untuk menciptakan suasana yang lebih rapi serta mempermudah wisatawan dalam mencari barang. Meski demikian, kebijakan ini memunculkan pro dan kontra. Banyak masyarakat yang merasa bahwa Malioboro kehilangan ciri khasnya karena berkurangnya wisatawan yang nongkrong di pinggir jalan. Padahal, suasana itulah yang selama ini menjadi daya tarik khas Malioboro.
      Selain itu, beberapa wisatawan mengeluhkan berbagai ketidaknyamanan yang dialami saat berkunjung ke Malioboro. Salah satu keluhan yang sering muncul adalah keberadaan pengamen yang terkadang tidak pergi sebelum diberi uang. Selain itu, terdapat pula oknum tukang pijat yang mengklaim tempat duduk umum sebagai milik mereka, bahkan mengusir orang yang duduk tanpa memanfaatkan jasa pijat tersebut, padahal tempat duduk tersebut seharusnya dapat digunakan oleh siapa saja. Permasalahan lain yang sering dihadapi adalah keberadaan pengendara sepeda listrik yang memenuhi trotoar Malioboro. Hal ini tidak hanya mengganggu pejalan kaki tetapi juga membahayakan keselamatan pengunjung. Harga parkir yang mahal juga menjadi keluhan utama wisatawan.
      Untuk mengatasi berbagai permasalahan ini, pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan tindakan nyata agar Malioboro tetap menjadi destinasi wisata yang nyaman dan ramah bagi semua pengunjung. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan menata ulang aturan penggunaan trotoar, termasuk melarang kendaraan seperti sepeda listrik beroperasi di area pejalan kaki. Selain itu, pengawasan terhadap tarif parkir juga perlu diperketat agar tidak ada oknum yang memanfaatkan situasi untuk menaikkan harga secara tidak wajar.
      Keberadaan pengamen dan tukang pijat juga perlu diatur dengan baik. Pemerintah dapat memberikan edukasi kepada pengamen agar mereka dapat mengamen dengan cara yang lebih menarik dan memiliki nilai seni, sehingga memberikan hiburan yang berkualitas bagi wisatawan. Selain itu, perlu adanya aturan yang melarang pengamen untuk meminta uang secara paksa, sehingga pengunjung tetap merasa nyaman selama berada di Malioboro. Sementara itu, tukang pijat yang mengklaim tempat duduk umum sebagai milik mereka sebaiknya tidak diberi toleransi. Pemerintah perlu menindak tegas praktik semacam ini dengan melarang mereka menguasai fasilitas umum dan menciptakan aturan yang lebih jelas untuk menjaga kenyamanan pengunjung.
      Malioboro adalah ikon pariwisata Yogyakarta yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi. Agar tetap menjadi destinasi wisata favorit, diperlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan para wisatawan untuk menjaga kenyamanan, kebersihan, serta keindahan kawasan ini. Dengan perbaikan yang tepat, Malioboro dapat kembali menghadirkan pengalaman wisata yang menyenangkan tanpa kehilangan identitas khasnya
Saya Ahmad Fajar Permana, mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan NPM 22144800008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H