Mohon tunggu...
Ahmad Faisal
Ahmad Faisal Mohon Tunggu... Penulis - Indonesian Writter

Political Science FISIP Unsoed Alumnus. I like reading, writting, football, and coffee.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Konsep Revolusi Mental Gagasan Jokowi-JK

22 September 2014   17:52 Diperbarui: 5 Mei 2021   09:50 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal pokok yang masih menjadi kendala bagi kemajuan bangsa Indonesia adalah persoalan Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber daya manusia Indonesia nampaknya kebanyakan masih berada pada level yang cukup rendah sehingga masih belum bisa membawa perubahan yang signifikan terhadap kemajuan Indonesia. Namun, kualitas SDM juga tidak bisa lepas dari faktor kemiskinan yang menjadikan mentalitas masyarakat masih belum kuat, atau dalam bahasa anak muda sering diistilahkan “galau”. Seperti itulah keadaan sumber daya manusia Indonesia yang sepertinya harus mulai diperbaiki. Ada banyak orang cerdas di Indonesia, namun yang tidak cerdas alias otaknya pas-pasan  juga lebih banyak, seperti barangkali penulis alami. Oleh karena itu, perubahan mentalitas masyarakat akan sangat dibutuhkan untuk memajukan bangsa Indonesia di tengah persaingan global yang semakin ketat. Merubah pola pikir dan mentalitas yang kuat bukan hal yang mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Karena ini adalah persoalan kebiasaan yang lama-lama akan menjadi budaya, maka perlu perubahan sedikit demi sedikit untuk merubah banyak pola pikir dan sifat serta pikiran masyarakat Indonesia. Banyaknya karakter dan sifat yang ada pada setiap suku dan kebudayaan masyarakat semestinya bisa menjadi cerminan bahwa dengan pluralitas, masyarakat Indonesia bisa maju dan mentalitas masyarakatnya bisa kuat.

Momen pesta demokrasi Indonesia pada saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Juni 2014 menampilkan tawaran mengenai bagaimana cara mengubah mentalitas masyarakat Indonesia. Pasangan presiden terpilih yang menang dalam pertarungan Pilpres 2014 menawarkan beberapa alternatif konsep untuk memperbaiki mentalitas masyarakat Indonesia. Konsep revolusi mental nampaknya dapat menjadi sebuah harapan yang bisa kita terapkan untuk membangun mental masyarakat Indonesia yang kuat. Revolusi mental ditujukan untuk pembangunan manusia dan pembangunan sosial.

Pembangunan manusia melingkupi 3 dimensi, yaitu sehat, cerdas, berkepribadian. Hal ini bisa menjadi cerminan dalam lirik lagu kebangsaan Republik Indonesia, yaitu Indonesia Raya yang kurang lebih liriknya adalah sebagai berikut:

“bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”

Sehat berarti dimulai dengan fisik kita yang senantiasa fit dan bugar. Cerdas berarti mengarah pada otak kita yang selalu berpikir dan diasah sehingga memiliki kemampuan analisis yang tajam dan berkualitas. Sedangkan berkepribadian adalah kaitannya dengan kehendak yang berbudi pekerti luhur. Perlunya revolusi mental adalah karena penyakit seperti emosi/mental/jiwa akan berdampak pada individu berupa malasnya seseorang dan tidak mempunyai karakter. Kemudian dampaknya akan menular kepada masyarakat yang ditandai dengan gangguan ketertiban, keamanan, kenyamanan, kecemburuan sosial, dan ketimpangan sosial. Lebih jauh lagi, akan berdampak negatif pada bangsa dan negara. Bangsa kita akan lemah dan menjadi tidak bermartabat. Kemudian produktivitas dan daya saing kita menjadi rendah. 

Cukup menarik ketika revolusi mental adalah jembatan menuju Indonesia yang berkepribadian. Dimulai dari diri sendiri, menjadi manusia cerdas dengan metode belajar yang serius, terus berlatih, memanfaatkan prasarana dan sarana yang sudah tersedia (sambil berharap pemerintah memperbaiki/melengkapinya), meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan belajar, serta membiasakan budaya membaca. Menjadi manusia sehat jasmani dengan menjaga kesehatan diri dan pemeliharaan lingkungan. Karena substansi revolusi mental ada pada pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, pendidikan berbudi pekerti luhur, serta pendidikan demokrasi dan sadar hukum.

Saya rasa sudah saatnya kita individu yang menginginkan betapa majunya Indonesia secara kualitas dan mampu bersaing dengan negara-negara lainnya di dunia, agar mengesampingkan kepentingan individu maupun golongan yang hanya memanfaatkan akses politik. Munculnya paradigma relawan merupakan sebuah indikasi adanya keterlibatan dan kemauan masyarakat untuk mengubah pandangannya sebagai bangsa yang besar dan luar biasa. Bangsa yang menginginkan persatuan dan kesatuan. Daya saing SDM Indonesia harus ditingkatkan karena pesaing-pesaing kita sudah siap ‘menghancurkan’ kita jika kita tidak siap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun