Mohon tunggu...
Ahmad Faisal
Ahmad Faisal Mohon Tunggu... Penulis - Indonesian Writter

Political Science FISIP Unsoed Alumnus. I like reading, writting, football, and coffee.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Aku Mampu Merubah Diriku, Maka Aku Mampu Merubah Indonesia

27 Februari 2014   13:45 Diperbarui: 19 Februari 2021   12:29 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image via intisari.grid.id

Aku adalah seorang mahasiswa yang merupakan pelajar dengan taraf pendidikan tinggi dan duduk di bangku kuliah. Katanya, mahasiswa adalah agent of change, agent of control social, serta agent of agent of lainnya. Tetapi, nyatanya aku dan mungkin juga dengan banyak mahasiswa lainnya tidak begitu terlihat peranannya. Melaksanakan aktivitas rutin seperti layaknya seorang pelajar yang menuntut ilmu sudah merupakan hal biasa. Berkutat dengan tugas dan materi kuliah terasa begitu keras dalam keseharian. Pun juga dengan aktivitas organisasi yang menambah ‘penat’ kehidupan seorang mahasiswa yang ingin belajar menambah kesosialannya. Secara normatif memang mahasiswa dituntut untuk mendapatkan nilai yang bagus, seperti kebanyakan penilaian, minimal Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nya bisa lebih dari atau sama dengan 3. Kriteria tersebut setidaknya menjadi tolok ukur bagi semua jenis kehidupan mahasiswa entah itu yang organisatoris/sekreis, perpusis, maupun kostis. Bagi mahasiswa yang idealis dengan pencapaian nilai dan ambisi yang tinggi dalam studinya, tentu batasan tersebut sangat bergengsi. Tetapi, di banyak kalangan yang organisatoris, batasan IPK tidaklah begitu penting. Saya pikir semuanya penting karena bagaimanapun juga seseorang yang menempuh pendidikan hasil nyatanya adalah nilai yang merupakan hasil pencapaian orang itu dalam menuntut ilmu. Terlepas dari barangkali sebegitu pentingnya posisi dan prestasi seseorang dalam sebuah atau beberapa organisasi.

Lupakan sejenak mengenai masalah IPK dan berbagai macam karakter mahasiswa itu. Sekarang yang paling utama adalah bahwa apapun jenis karakter mahasiswa yang ada pada seseorang, bagaimana pun dia adalah warga negara Indonesia. Lebih dari itu, posisinya sangatlah penting dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak luput dari ingatan ketika peristiwa Mei 1998 dimana semua elemen mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia berhasil meruntuhkan rezim pemerintahan Soeharto yang dianggap sudah menciptakan rezim otoriter, terlepas dari prestasi yang telah dicapai pada waktu itu. Artinya, mahasiswa begitu penting peranannya dalam mengawal jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di Indonesia kita tercinta.

Dari tataran mahasiswa secara umum yang sangat luas jumlah dan kualitasnya, nampaknya ada hal yang terlewatkan di benak kita. Dari sekian banyak mahasiswa di seluruh Indonesia, ada banyak pula individu yang secara pribadi dapat kita tarik ke dalam personal life. Setiap individu menjalani aktivitas kehidupannya masing-masing. Oleh karena itu, kualitas diri kita masing-masing pun tergantung bagaimana cara pandang kita terhadap apa yang kita lakukan. Sebagai analogi, jika ada satu mahasiswa yang memiliki prestasi tinggi, maka orang itu akan dapat mencapai kesuksesannya. Seorang mahasiswa Jurusan Teknik Elektro barangkali dapat menciptakan sebuah laptop yang fungsinya bisa untuk mencetak seperti printer. Atau seorang mahasiswa Jurusan Ilmu Politik dapat menawarkan inovasi pengelolaan pemerintahan pedesaan untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat desa.  Belum lagi, mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat yang mampu menerapkan tata kelola masyarakat sehat di sebuah desa.  Itu adalah mimpi yang dapat saja terwujud jika kualitas diri masing-masing individu yang menjadi mahasiswa dapat ditingkatkan. Saya pribadi dan barangkali banyak mahasiswa di luar sana pun sebenarnya punya keinginan meningkatkan kualitas diri, tetapi sangat lambat sehingga yang ada hanya sebatas kemauan lewat saja. Artinya, hanya terlintas dalam pikiran dan tidak ada perubahan secara signifikan.

Salah satu dari banyak faktor utama yang menghambat perkembangan pertumbuhan peningkatan kualitas mahasiswa adalah faktor moral. Sebagaimana kita tahu, bahwa saat ini kasus korupsi yang melanda negara kita tercinta ini sudah sangat akut. Artinya setiap lini bahkan semenjak prareformasi dan saat ini semenjak pascareformasi kemudian diterapkan sistem otonomi daerah, kasus korupsi semakin merajalela. Kita tahu bahwa orang-orang yang menduduki posisi elit dalam suatu instansi yang pejabatnya terjerat kasus korupsi adalah dulunya mahasiswa. Bahkan mungkin aktivis mahasiswa yang dulunya pro rakyat, tetapi setelah mereka mendapatkan posisi yang tinggi dalam suatu instansi, mereka seolah melupakan apa yang dulu mereka perjuangkan. Hal ini tidak saja menerpa yang dulunya seorang aktivis. Bisa saja juga menerpa serang pejabat yang mungkin memang dulunya menjadi mahasiswa apatis.  Artinya, apapun jenis karakter mahasiswa, moralitas menjadi pertaruhan utamanya.

Berbicara mengenai moral kita tak akan pernah lepas dari dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Para pendiri negara kita telah bersusah payah memperjuangkan Pancasila untuk menerima perbedaan dalam keanekaragaman Indonesia agar bangsa ini tetap bersatu. Hal itu tertuang dalam sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap individu bangsa Indonesia adalah umat beragama yang memiliki ajaran agama yang saya yakin sama substansinya untuk mengajarkan kebaikan moral. Lalu, kenapa moral mahasiswa begitu merosot tajam?. Termasuk koreksi bagi diri saya dan banyak individu lainnya, meningkatkan kualitas moral agaknya adalah pilihan yang tepat jika ingin bangsa dan negara ini tetap utuh. Para sesepuh sudah pernah bilang jika kalian para pemuda adalah kalangan yang akan memimpin negeri ini sebagai pengganti mereka para sesepuh. Selagi kita masih mencari jati diri, berproses untuk menjadi seorang individu apa pun kelasnya, tingkatannya, maupun pekerjaannya, hendaklah percaya bahwa Indonesia akan baik jika setiap diri individu baik pula. Sebagai seorang mahasiswa, aku percaya bahwa Indonesia akan lebih baik jika kualitas diriku dengan moral yang baik juga diperbaiki. Pun juga berlaku bagi pemuda-pemuda lainnya. Karena sebuah pencapaian yang luar biasa membutuhkan usaha yang luar biasa pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun