Di libur Natal tahun 2018 kemarin, saya mencoba untuk melakukan adventure lagi. Nge-trip kalau bahasa saya. Trip biasa saya lakukan ketika ada momen libur atau cuti kerja. Untuk me-refresh pikiran dan melupakan sejenak rutinitas kerja sehari-hari.
Semenjak satu minggu sebelum libur Natal, saya mencoba mengontak teman saya yang suka naik gunung. Sebenarnya pada awalnya saya tidak ada niatan naik gunung.
Malah, pada awalnya saya berniat berlibur ke Jogja. Karena kehabisan tiket kereta, akhirnya harus berganti rencana. Kebetulan, teman saya ini mau mengadakan acara yang bertema naik gunung, saya pun ditawari untuk gabung. Singkat cerita, bergabunglah saya dengan teman saya itu.
Seperti biasa, orang kalau merencanakan agenda (apalagi liburan) terlalu spesifik malah bisa jadi gagal. Trip saya kali ini hampir saja gagal karena sempat mundur-mundur terus beberapa hari. Saya harus menyesuaikan jadwal teman saya dan sebaliknya. Yang tadinya rencana awal berangkat tanggal 23 Desember, akhirnya berangkat tanggal 24 Desember.
Saya selalu menyisakan minimal satu hari berikutnya untuk istirahat kalau dapat libur panjang. Ini saya gunakan sebagai waktu untuk beristirahat agar hari selanjutnya fresh ketika berangkat kerja setelah libur panjang.
Ekspektasi Versus Realita
Ketika kita ingin mengunjungi suatu tempat, biasanya kita sudah mencari tahu mengenai tempat yang akan kita kunjungi tersebut. Hal ini agar kita bisa mempersiapkan apa saja yang bisa kita persiapkan dan untuk membayangkan seperti apa di sana nantinya. Baik itu tentang medan, cuaca, fasilitas, dan lain-lain yang ada di tempat yang akan kita tuju perlu dipersiapkan dengan baik.
Untuk trip kali ini, tempat yang saya tuju adalah Gunung Gajah, sesuai dengan nama yang diberi tahu teman saya kepada saya. Ada juga yang menyebut Puncak Gajah / Mount Gajah. Lokasinya ada di perbatasan Kabupaten Purbalingga dengan Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Saya dan teman saya berangkat dari Purbalingga.
Pagi hari, saya berangkat dari rumah di Cilacap. Perlu waktu sekitar 2 jam dari rumah saya untuk sampai di rumah teman saya di Purbalingga.
Pada saat di perjalanan, saya agak was-was kalau hujan karena cuacanya agak mendung. Ketika melintasi hutan Kubangkangkung (masih di wilayah Kabupaten Cilacap) sekilas agak tenang ketika melihat ke arah langit Gunung Slamet yang masih jauh itu terlihat sedikit lebih cerah. Dari sebelum berangkat saya sudah siap-siap kalau nanti baik dalam perjalanan maupun saat nge-camp cuacanya hujan. Toh, saya sudah membawa barang-barang yang ditulis berdasarkan list bawaan yang saya dapat dari teman saya.
Sampai di Kota Purbalingga, alhamdulillah tidak hujan sepanjang perjalanan, hanya sedikit mendung. Saat sampai di rumah teman saya, dia tidak di rumah. Namun, saya sudah memberi kabar lebih dulu kalau saya sudah sampai di rumahnya. Dia sedang berada di sekolahan tempat dia mengajar karena ada urusan. Sambil menunggu dia pulang, saya berbincang-bincang dengan ibunya.
Beliau bercerita tentang banyaknya orang Purbalingga yang bekerja di pabrik-pabrik bulu mata dan rambut palsu. Di Purbalingga ada banyak pabrik yang khusus membuat bulu mata dan rambut palsu yang pekerja nya kalau di total mungkin ada ribuan. Ibu nya teman saya juga bercerita kalau kerja di pabrik penghasilannya tidak seberapa, tetapi capek nya luar biasa. Belum lagi kalau lembur.