Mohon tunggu...
Ahmad Faisal
Ahmad Faisal Mohon Tunggu... Penulis - Indonesian Writter

Political Science FISIP Unsoed Alumnus. I like reading, writting, football, and coffee.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Generasi Milenial dan Bagaimana Islam Merawat Indonesia

2 Desember 2017   08:19 Diperbarui: 2 Desember 2017   09:40 1981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur via santrigusdur.com

Sebagaimana kita tahu, bahwa generasi milenial sudah mulai digaungkan beberapa tahun terakhir ini karena kedepan akan mendominasi usia kerja di Indonesia. Generasi ini adalah anak muda yang sangat memiliki semangat tinggi dalam kehidupannya. Meskipun banyak juga yang 'hilang arah' karena berbagai macam faktor, misalnya kemiskinan, pendidikan, dan mindset yang salah kaprah.  Bagi yang masih dalam jalur kebenaran, sebaiknya mulailah berpikir bagaimana kita bisa berperan untuk Indonesia. Bagi yang masuk kategori 'hilang arah', kembalilah ke arah yang benar.

Seringkali saya juga merenung. Di saat ada anak muda yang menciptakan suatu penemuan dan berguna bagi orang banyak, di saat satu per satu teman mulai menggapai mimpinya, di saat usia semakin bertambah, apa yang sudah saya lakukan untuk memberi kontribusi untuk bangsa ini. Kalau mendengar tantangan Pak Ahok dalam buku karyanya, sederhana saja sebenarnya. Masuklah ke panggung politik bagi orang-orang yang masih menjaga idealismenya.

Selamatkan uang rakyat dan bantulah banyak orang di luar sana yang membutuhkan bantuan. Karena dengan menjadi pejabat, kita bisa punya akses untuk membantu orang banyak. Tapi, di sana banyak godaan dan tantangan. Harus berani melawan arus, harus berani berbeda pendapat, dan harus memiliki kepercayaan. Karena tanpa semua itu kita hanya akan terombang-ambing di lautan politik. Tidak se-ngeri itu juga sih. Hanya saja kalau seperti sekarang ini belum punya akses dan jaringan untuk terun ke dunia politik. 'Perjudian' yang terlalu berani karena harus mengorbankan masa muda yang seharusnya bereksperimen dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya. Apalagi tidak ada latar belakang politik dalam silsilah nenek moyang.

Salah satu kunci bagi generasi milenial untuk bisa berperan adalah dengan meningkatkan kapasistas diri. Ya, mindset atau pola pikir menjadi hal yang penting bagi milenial. Pola pikir yang luas dengan tidak serta merta menerima informasi yang masuk dan langsung ceplas-ceplos tanpa perhitungan, diperlukan. Karena sekarang ini waktu berkolaborasi dengan teknologi yang menghasilkan kecepatan. Sebagian besar anak muda sekarang sudah mengenal teknologi. Parahnya, ada paradoks di mana teknologi diciptakan oleh orang pintar, dengan tujuan dikonsumsi oleh orang banyak yang orang itu belum pintar. Orang dimanjakan dengan kemudahan teknologi tetapi tidak bijak menggunakannya.

Faktor Perusak Keberagaman

Kita bisa memberikan sumbangsih gagasan, bahwa sebagai rakyat biasa kita dapat membuka gagasan, membuka pikiran dan ide untuk membangun Indonesia. Anak muda dituntut untuk bisa berperan lebih, berdaya saing, dan berwawasan luas. Ada beberapa masalah serius yang mengintai Indonesia. Dari hal ini, sebagai anak muda, kita bisa membuka mata orang banyak, bahwa kita harus tetap mempertahakan keutuhan bangsa Indonesia, bukan hanya sekelompok orang saja.

Pertama,masalah yang cukup serius di sini adalah radikalisme. Orang yang menganut paham ini akan menggunakan kekerasan sebagai jalannya. Kekerasan yang dilakukan bermacam-macam. Pernahkan melihat  atau mendengar berita tentang tawuran pelajar, supporter sepak bola, atau antarwarga? Semuanya menggunakan cara kekerasan untuk menyelesaikan suatu konflik. Permasalahannya adalah radikalisme menyusup masuk ke dalam pola pikir sebagian masyarakat, sehingga cara yang digunakan berujung pada kekerasan. Ini bisa dilakukan oleh individu maupun kelompok.

Kedua,ujaran kebencian. Hal ini menjadi masalah apalagi karena dimanjakan dengan mudahnya akses teknologi, sehingga orang bisa menyebarkan berita provokatif yang bisa memengaruhi dan menyulut konflik. Munculnya berita hoax akhir-akhir ini dan terkait isu politik maupun agama adalah virus yang akan merusak keberagaman di Indonesia. Ujaran kebencian terhadap seseorang, khususnya seorang tokoh dapat menjadi sumber konflik dan awal dari adanya radikalisme.

Ketiga,ujung dari dua masalah di awal yang sudah disebutkan adalah terorisme. Terorisme bukan watak orang Indonesia. Hanya sekelompok orang yang masuk melalui pahamnya yang salah dan kemudian memengaruhi orang Indonesia untuk melawan orangnya sendiri. Itulah cara ampuh untuk menghancurkan suatu bangsa, yaitu dengan melakukan provokasi, memengaruhi, dan kemudian dengan sendirinya orang yang berasal dari bangsa yang sama akan konflik dan saling terkam. Sebegitu menakutkannya virus yang menyerang Indonesia.

Islam dan Plurasime sebagai Pondasi Kokoh Keindonesiaan

Saya selalu suka kutipan Gus Dur, bahwa Indonesia ada karena keberagaman. Jadi, jauh sebelum ada Indonesia, keberagaman sudah ada. Ingat ketika masa proklamasi kemerdekaan dengan legowo dan rendah hati umat Islam lebih mengutamakan kepentingan bersama menjadi satu bangsa, bangsa Indonesia, bersama dengan penganut agaman lainnya. Karena kita berjuang bersama melawan musuh yang sama, yaitu penjajah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun