Petualangan dimulai dengan awal yang tidak disangka -sangka. Bilbo Baggins, seorang Hobbit yang hidup tenang dan nyaman tidak lagi merasakan hal yang sama saat Gandalf datang ke rumahnya dan memilih Bilbo sebagai Hobbit yang ikut berpetualang bersama 13 kurcaci dan Gandalf merebut kembali kerajaan Dwarf yang dahulu dikuasai para kurcaci.
Peter Jackson, sutradara bertangan dingin yang memimpin krunya mengerjakan film ini, memang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Sukses menggarap trilogi Lord of The Rings, akhirnya dia juga yang menggarap trilogi The Hobbit. Tiga tahun berturut-turut kita akan menyaksikan trilogi ini pada Desember 2012 yang sudah tayang, Desember 2013, dan kemudian Juni 2014.
Penggambaran dunia dalam The Hobbit memang patut dikagumi. Ada keindahan yang disuguhkan dalam perjalanan mereka, namun yang sudah pasti mendominasi adalah kengerian dan hal tak terduga lainnya dari berbagai karakter makhluk di dalamnya. Juga aksi mereka yang tidak kalah menarik menambah nyawa dalam film ini, diselingi lelucon membuat film ini semakin lengkap sesuai porsinya masing-masing. Salah satu yang membuat saya tidak akan berpikir akan ada adegan seperti ini adalah saat para kurcaci bernyanyi di dalam gelap setelah Bilbo menolak menandatangi kontrak perjalanan ini. Itu adegan yang benar-benar tidak diduga membuat geli melihatnya. Situasi sulit para kurcaci digambarkan dengan sebuah nyanyian seperti drama musikal.
Ada satu hal yang mengganggu saat menonton film ini di bagian akhir. Para penonton yang berharap akan ada pertarungan hebat dengan Smaug sang Naga terlihat kecewa dengan ending seperti itu. Saya yang sudah memperhitungkan durasi film terhindar dari rasa kecewa seperti yang lain. Ya, itulah sebuah perjalanan, ada waktunya hal seru terjadi, ada kalanya pula istirahat sejenak untuk menghadapi hal seru lainnya di depan.(fay)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H