Mohon tunggu...
Ahmad Edi Prianto
Ahmad Edi Prianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - 👨‍🎓 Social Welfare Science

Hanya individu biasa yang hidup ditengah lapisan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar Ikhlas dari Filosofi Jawa: "Nrimo ing Pandum"

18 Agustus 2023   11:15 Diperbarui: 20 Agustus 2023   11:40 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber image : Freepik.com

Pernahkah ada sekelumit pikiran dibenak kita, yang membayangkan betapa membingungkannya kehidupan yang sedang kita rasakan saat ini? Banyak sekali situasi maupun musibah yang terjadi dalam kehidupan kita. Namun karena berbagai hal, kita hanya bisa diam, pasrah, menerima, dan berpangku tangan terhadap semua yang telah terjadi dalam kehidupan kita. Ada kalanya suasana hati selalu bertanya, bagaimana caranya agar diri ini selalu ikhlas dalam menjalani perjalanan hidup.

Setiap perjalanan seorang manusia, pastinya memiliki banyak harapan-harapan dalam setiap perjalanan hidupnya. Namun, seseorang harus bisa menerima bahwa seringkali harapan yang kita dapat seringkali berbeda dengan kenyataan yang sedang terjadi.

Salah satu sifat dasar yang negatif dalam diri manusia adalah selalu menggambarkan, bahwa setiap harapan harus sesuai dengan kenyataan. Ketika harapan yang terjadi tidak sesuai dengan keinginannya, muncullah sikap denial yang membuat seseorang sangat sulit menerima kenyataan.

Sikap denial tersebut menjadi sebuah gangguan dalam proses hidup seseorang, bahkan bisa jadi akan menganggu kondisi kesehatan mental dan fisik dalam diri seseorang tersebut. Ketidakmampuan seseorang membedakan harapan dan kenyataan, menjadikan seseorang tidak bisa menerima situasi dan kondiri yang sedang dirinya terima.

Ikhlas, selalu menjadi cara untuk menyadarkan diri dalam segala situasi yang dinilai sangat sulit. Karena dengan ikhlas, sesuatu yang kita rasakan tidak akan berjalan dalam suatu keterpaksaan.

Hal ini juga tersirat dalam filosofi jawa yang dapat diambil pembelajaran didalamnya, yaitu "Nrimo ing Pandum". Sebuah filosofi jawa yang menggambarkan arti dari keikhlasan, ketulusan, kebesaran hari dengan menerima segala kenyataan -- kenyataan yang telah terjadi dalam setiap kehidupan seseorang.

Menerima dengan Ikhlas dan Bersyukur

Jika diterjemahkan, "Nrimo" dalam bahasa Indonesia berarti menerima, sedangkan "Pandum" dalam bahasa Indonesia berarti pemberian. Maka dari itu, secara garis besar, filosofi jawa "Nrimo ing Pandum" memiliki makna menerima segala bentuk pemberian.

Filosofi tersebut bertujuan untuk membantu diri seseorang untuk menemukan kenyataan bahwa segala hal yang telah terjadi, baik itu yang diharapkan atau tidak diharapkan merupakan suatu langkah dari kehendak tuhan sebagai sang pencipta dan kita harus menerimanya dengan keadaan yang ikhlas.

Setiap kehidupan pasti memiliki situasi sulit yang penuh dengan musibah dan permasalahan, dan sudah menjadi tugas seseorang manusia untuk menyikapi apapun yang terjadi dalam setiap kesulitannya.

Dalam filosofi jawa "Nrimo ing Pandum" terdapat sebuah makna yang bernilai nasihat mengenai jalan keluar dari sebuah kesulitan, dimana dibalik suatu kesulitan pasti terdapat sebuah hikmah dan keyakinan terhadap hikmah itu menuntun seseorang kepada jalan keluar yang akan menyelesaikan segala kesulitan dan permasalahan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun