Mohon tunggu...
Ahmad Edi Prianto
Ahmad Edi Prianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - 👨‍🎓 Social Welfare Science

Hanya individu biasa yang hidup ditengah lapisan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Logical Fallacy, Ketika Seseorang Tidak Mampu Berpikir Secara Gentle

27 Mei 2023   21:47 Diperbarui: 1 Juni 2023   13:51 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Image: Freepik.com

Ad Hominem Fallacy adalah kesesatan berpikir yang sangat-sangat sering terjadi di era modern saat ini, baik di media sosial maupun kehidupan nyata. Ad hominem terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam berargumentasi terhadap lawan bicaranya. Maka dari itu, cara satu-satunya yang instan adalah melontarkan argumentasi yang menyerang pribadi lawannya. Kesesatan berpikir jenis ini akan menyerang fisik, jiwa/mental, dan kehidupan pribadi dari lawan bicaranya.

Biasanya argumentasi yang dilesatkan seseorang cara ad hominem terjadi karena seseorang tersebut sudah tidak lagi mengetahui celah kelemahan dan kekurangan dari lawan bicaranya, maka dibuatlah narasi-narasi yang menjelekkan pribadi lawannya secara tidak logis. Sesuai dengan arti latinnya, Ad hominem berarti individu atau manusia.

Contoh Ad hominem : "Kamu pernah bercerai, maka kamu tidak pantas menjadi pembicara di sebuah acara parenting", "Kamu orang hitam, tidak bisa menjadi pemimpin negara yang mayoritas orang kulit putih", atau "Kamu hanya murid, pernyataan guru adalah kebenaran yang mutlak"

2. Bandwagon Fallacy

Bandwagonn Fallacy adalah kesesatan berpikir yang tercipta akibat dari kecenderungan seseorang untuk ikut-ikutan. Kecenderungan tersebut tercipta dari argumentasi - argumentasi yang menyatakan bahwa suatu hal yang diikuti oleh banyak orang adalah kebenaran, bentuk dari kebenarannya tersebut disesuaikan dengan seberapa banyak kepercayaan orang-orang yang memposisikan argumentasi itu sebagai pernyataan yang menjadi kepopuleran.

Biasanya, kesesatan berpikir jenis ini lebih banyak ditemukan pada seseorang yang terlalu fanatik kepada individu yang diidolakannya. Jadi jika idolanya melakukan suatu hal yang meskipun hal tersebut merupakan sebuah kesalahan dan penyelewengan, tetapi pendukungnya akan menganggap hal itu merupakan kebenaran. Bandwagon fallacy tidak hanya mengarah kepada subjek individu, bandwagon juga bisa mengarah kepada suatu sikap, perilaku, gaya hidup, atau sebuah trend yang sedang terjadi.

Contoh Bandwagon fallacy : "Lihat si X dia lulusan SMA tapi jadi PNS, jadi gak perlu kuliah sarjana untuk menjadi PNS, apalagi kuliah habis-habisin uang saja", "Diet selebgram itu makan 1 kali sehari, lihat hasilnya dan segera praktekan", dan "Kata orang-orang ke dokter A kurang manjur, lebih baik ke dokter B saja"

3. Hasty Generalization

Hasty Generalization adalah kesesatan berpikir yang terjadi akibat seseorang yang mengeneralisasikan suatu hal tanpa dasar dan alasan. Orang-orang yang berpikir seperti ini akan menyimpulkan sesuatu dengan argumentasi dan bukti yang tidak kuat, tetapi argumentasinya tersebut menciptakan kesimpulan yang berdampak besar secara umum.

Hasty Generalization membentuk sebuah gagasan yang disimpulkan dengan sesederhana mungkin daripada yang sebenarnya terjadi, meskipun keadaan nyatanya fakta yang digeneralisir tersebut tidak seperti yang di argumentasikan. Klaim yang didasarkan pada argumentasi yang digeneralisir tersebut memiliki bukti yang terlalu sedikit dengan sempel yang sedikit, namun menimbulkan kekeliruan yang sangat besar.

Contoh Hasty Generalization : "Semua laki-laki itu sama saja", "Dari SD sampai SMA juara kelas perempuan, jadi perempuan lebih pintar daripada laki-laki", dan "Kemarin waktu di bandara turki aku ditabrak orang dan dia tidak meminta maaf, fix orang turki jahat-jahat"

Dari ketiga jenis tersebut, pasti kita bisa menemukannya dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Bahkan pola pikir yang menyesatkan tersebut tidak hanya datang dari orang lain, melainkan dari mulut kita sendiri. Oleh karena itu, kita perlu menganalisis pemikiran kita terlebih dahulu sebelum mengucapkannya kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun