Kesehatan mental, merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah kehidupan. Kesehatan mental menjadi cara yang mempengaruhi seseorang untuk berfikir, merasakan suasana hati, berperilaku, dan bertindak dalam setiap fase kehidupan seseorang mulai dari fase anak-anak hingga menjadi dewasa.
Kesehatan mental memberikan pemahaman terhadap diri seseorang mengenai kesejahteraan psikologis, sosial, dan emosional yang saling berhubungan dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Kesehatan mental yang baik, akan memberikan dampak yang baik terhadap kesehatan fisik. Kesehatan mental yang buruk, akan memberikan dampak negatif pada kesehatan jiwa seseorang.
Masalah kesehatan mental hingga saat ini menjadi permasalahan global dengan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemahaman kesehatan mental, sehingga sebagian orang menganggap kesehatan mental merupakan hal sepele yang tidak ada kaitanya terhadap kesehatan fisik seseorang. Padahal, kesehatan mental sangat berkaitan dengan kualitas jiwa atau mental seseorang.
Jika kualitas jiwa atau mental seseorang berada dalam situasi yang buruk, seseorang akan rentan mengalami penyakit gangguan mental. Dan seseorang yang mengalami gangguan mental pada dasarnya memerlukan bantuan dari orang lain, tetapi berbagai akibat dari pemahaman kesehatan mental yang cenderung rendah membuat orang lain menganggap bahwa gangguan mental merupakan aib, kekurangan, dan keburukan suatu individu yang perlu dihindari.
Lantas, kurangnya pemahaman tentang kesehatan mental akan membentuk tembok-tembok pembatas yang menganggap gangguan mental merupakan suatu hal yang menyimpang.
Tembok-tembok pembatas tersebut akan terus muncul menjadi perlakuan yang membedakan, sehingga timbul penilaian - penilaian tertentu yang datang mencoreng atau mencemari seseorang dengan sudut pandang yang buruk. Kemudian, penilaian-penilaian tersebut membentuk fenomena yang disebut stigma negatif.
Stigma negatif adalah tindakan menilai dan melabelkan suatu hal secara negatif kepada seseorang yang mengalami gangguan tertentu, sehingga seseorang tersebut diperlakukan sebagai individu yang berbahaya dan berbeda dengan orang-orang lain pada umumnya.
Stigma negatif membentuk sebuah pola pikir, yang pada dasarnya menolak seseorang penderita gangguan mental dengan ketidakbenaran dan ketidakadilan yang menyakitkan. Berdasarkan dalih-dalih menyesatkan dan tidak akurat, stigma negatif tumbuh menjadi fenomena besar yang menyebarkan hal-hal menakutkan, mengerikan, dan mencetak kesalahpahaman.
Ketika stigma negatif telah berkembang di lapisan lingkungan sosial, keadaan tersebut menyebabkan masyarakat memberikan ketidaksetaraan sosial. Dimana ketidaksetaraan ini menimbulkan pengaruh untuk menyisihkan, menolak, dan melakukan pembiaran terhadap seseorang yang menderita gangguan mental.
Baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat yang termakan oleh stigma negatif akan menganggap seseorang dengan gangguan mental sebagai aib dan noda, yang harus dikelompokkan tersendiri dengan orang-orang lain yang menderita gangguan yang sama. Kemudian atribut-atribut negatif tersebut mengembangkan pola pikir yang buruk, dengan menciptakan kebencian yang buruk.
Orang-orang yang tidak paham mengenai kesehatan mental tidak akan sadar bahwa dirinya telah di adu domba, dengan narasi-narasi kebencian yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Narasi itu dibentuk untuk kesenangan-kesenangan tertentu yang pada akhirnya mengorbankan orang yang tidak bersalah, termasuk penderita gangguan mental.