Ramadhan sudah berjalan 2 hari, selamat datang bulan yang mulia, selamat datang bulan kebaikan. Keberkahan dan pahala melimpah ruah belipat-lipat ganda, menjadikan kita selalu rindu datangnya bulan Ramadhan ini. Ditutupnya pintu neraka dan dibukanya pintu surga menjadi semangat kita dalam meraih kemenangan.
Bulan Ramadhan selalu menjadi istimewa bagi aku dan keluargaku, dimana kita selalu berkumpul dan menikmati hari-hari puasa dalam kebersamaan. Ada momen spesial setiap datangnya bulan ramadhan ini, dimana ibuku selalu masak dengan tangannya sendiri menjelang sahur dan buka selama sebulan penuh.
Memang di bulan dan hari-hari biasa tidak masak? Hmmm ibuku tetap masak kok, namun tidak se-intens saat bulan puasa. Dibulan ramadhan ini pasti setiap hari selalu ganti menu, dan setiap hari pasti memasak makanan favorite kami sekeluarga.
Oh iya, kami memiliki 5 (lima) anggota keluarga, Ibuku, aku, 1 (satu) kakak perempuan, dan 2 (dua) kakak laki-laki, setelah ayahku pergi mendahului kami 10 tahun silam. Herannya, ibu selalu mengerti masakan apa yang kita berlima sukai. Ibuku selalu mengerti selera makanan kita masing-masing, entah kenapa bisa sehebat itu menjadi seorang ibu.
Aku suka dengan telur bundar balado bumbu bali, yang ditemani dengan tahu dan tempe. Kakak laki-laki pertamaku suka dengan segala jenis olahan sayuran, apapun jenis sayurnya seperti capcai. Kakak laki-laki keduaku suka dengan ayam goreng tepung, dengan tepung yang mekar dan renyah. Kemudian ibu dan kakak perempuanku suka sekali dengan menu ikan, namun ikan yang disukai keduanya berbeda, ibuku suka ikan mujahir dan kakak perempuanku suka ikan lele.
Dan ya, bahkan ibuku tidak lupa makanan kesukaan ayahku, padahal sudah 10 tahun lalu ayah meninggal, namun ibu tetap tau masakan kesukaan beliau, yaitu mie kuning yang dimasak dengan santan layaknya lodeh disertai irisan kotak-kotak tahu dan tempe yang sudah setengah busuk atau yang orang jawa bilang "tempe bosok".
Aku kadang berpikir bingung, bagaimana bisa ya seorang ibu memasak makanan dengan nikmat bahkan menurutku terenak sedunia. Kenapa ya masakannya pasti memiliki kesan istimewa di hatiku? Apakah mungkin karena aku terbiasa memakan makanan buatan ibu sedari kecil, dengan rasa yang selalu sama dan berlanjut terus menerus sehingga aku selalu teringat akan rasa makanannya. Hmmm, betul juga, mungkin begitu.
Meskipun dengan bahan sesederhana mungkin, tetap saja rasa masakannya akan seenak makanan hotel bintang 5 (lima). Mungkin karena ibu selalu memasak masakannya dengan sepenuh hati dan cinta, yang pada akhirnya bisa menjadi momen yang selalu berkesan bagiku.
Dari Sekolah Dasar (SD) hingga lulus Kuliah, jika diajak teman-temanku untuk makan di kantin, aku pasti menolak. Aku lebih suka memilih untuk membeli jajanan ringan saja, kadang juga hanya membeli minuman.
Karena apa? Aku tahu bahwa dirumah, pasti ibuku sedang memasak. Jika aku sudah kenyang diluar, lalu siapa yang akan memakan masakan ibuku? Meskipun raut wajahnya seakan biasa saja, pasti hati kecilnya akan sedikit kecewa. Nah, itulah yang membuatku selalu makan, makanan yang ada dirumahku ketimbang makan di luar atau kantin sekolah/kampus.