Mohon tunggu...
Ahmad Yusuf
Ahmad Yusuf Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Kuli tinta Mediaqu.id Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @Borneomucil,@Ahmad Yusuf FB Ahmad Yusuf

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Pejabat Menjilat?

5 Oktober 2024   11:10 Diperbarui: 5 Oktober 2024   11:10 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DI TENGAH dinamika politik yang semakin kompleks, fenomena "pejabat penjilat" menjadi sorotan publik. Istilah ini merujuk pada individu yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu dibandingkan dengan tanggung jawab mereka sebagai wakil rakyat. Praktik ini tidak hanya mencederai kepercayaan masyarakat, tetapi juga mengancam integritas sistem pemerintahan itu sendiri.

Pejabat penjilat sering kali terlihat berusaha keras untuk mendekati orang-orang yang memiliki kekuasaan, dengan harapan mendapatkan keuntungan atau dukungan. Mereka bisa ditemukan di berbagai tingkatan pemerintahan, dari daerah hingga pusat. Ciri-ciri umum dari pejabat ini meliputi sikap kepatuhan berlebihan terhadap atasan, manipulasi informasi untuk kepentingan tertentu, dan pengabaian terhadap suara rakyat.

Praktik pejabat penjilat memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar daripada sekadar ketidakadilan individu. Ketika pejabat lebih loyal kepada kepentingan pribadi daripada kepada konstituen mereka, rakyat menjadi korban. Kebijakan yang seharusnya menguntungkan masyarakat sering kali dimanipulasi untuk memenuhi agenda tertentu. Hal ini menciptakan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan yang mendalam di kalangan masyarakat, sehingga merusak fondasi demokrasi.

Ada banyak faktor yang memotivasi pejabat untuk berperilaku demikian. Salah satunya adalah tekanan dari atasan atau kelompok tertentu yang memiliki kekuatan ekonomi dan politik. Dalam lingkungan yang kompetitif, pejabat merasa perlu untuk mengambil langkah-langkah tertentu untuk mempertahankan posisi atau mendapatkan promosi. Selain itu, budaya korupsi yang masih meluas di beberapa daerah juga turut memperburuk situasi, di mana integritas sering kali diabaikan demi keuntungan sesaat.

Untuk melawan praktik pejabat penjilat, transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan sangatlah penting. Masyarakat perlu memiliki akses terhadap informasi mengenai keputusan dan kebijakan yang diambil oleh pejabat publik. Dengan adanya transparansi, masyarakat dapat memberikan kritik dan masukan yang konstruktif. Selain itu, institusi pengawasan juga harus diperkuat untuk memastikan bahwa setiap tindakan pejabat dapat dipertanggungjawabkan.

Mewujudkan pemerintahan yang bersih dari praktik pejabat penjilat bukanlah hal yang mustahil. Dibutuhkan kerja sama antara masyarakat, lembaga pemerintahan, dan organisasi sipil untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan adil. Keberanian untuk melawan praktik buruk ini harus menjadi prioritas utama. Dengan menegakkan integritas dan mempromosikan nilai-nilai kejujuran, kita dapat memulihkan kepercayaan publik terhadap institusi pemerintahan.

Akhirnya, mari kita berkomitmen untuk menuntut pejabat yang tidak hanya berfungsi sebagai penjilat, tetapi sebagai pemimpin yang benar-benar mewakili suara rakyat. Hanya dengan cara ini, kita bisa menciptakan masa depan politik yang lebih baik dan lebih transparan.

Ahmad Yusuf

Toboali, 5 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun