Mohon tunggu...
Ahmad Benny
Ahmad Benny Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru dan Pujangga bebas

Single, pujangga bebas, penikmat kopi, dan penggemar sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kutitipkan Api Ini

31 Oktober 2019   22:36 Diperbarui: 3 November 2019   21:19 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dalam hening kubawakan nyala api,dalam perayaan rasa yang tak tau rimbanya,namun menyerang tiba-tiba,
sembari ku bergegas mengelak dari tangis pilu rasa iba....

dibawah rembulan yang tak bersinar sempurna,
aku menginginkan jantung ini berhenti berdetak,
dibantu nyala api yang ku genggam
yang perlahan menusuk bersamaan dengan angin lalu..

dengar...
dengarkan lah suara itu,
bergemuruh perlahan terkoyak-koyak lalu berserakan,
diatas merahnya tanah yang tak bercahaya.

mungkinkah orang sepertiku percaya?
jantung ini benar-benar berdetak  
namun berhamburan tertiup angin bersama nyala api di tengah rembulan yang tak seberapa bersinar...
Lalu perlahan mati tanpa tau
tau kemana nyala api ini harus kutitipkan.

Bandar lampung, 31 oktober 2019

***benny

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun