Mohon tunggu...
Ahmad Baidawi
Ahmad Baidawi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Otomotif

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Perjalanan Hidup RX King "Legenda Jambret" di Indonesia

1 Februari 2023   21:48 Diperbarui: 6 Februari 2023   09:21 6216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari kemunculan RX 125 Twin (RD 125 DX) di Indonesia pada tahun 1976 yang menggunakan mesin 2 tak 2 silinder dengan bore x stroke : 43 x 43 mm berasio kompresi 6,8 : 1 dan kapasitas volume dari 2 silindernya 124,8 cc . Membuat output powernya tembus 16 Hp di 8.500 rpm yang dipadukan dengan transmisi manual 5 percepatan, membuat RX 125 Twin ini diklaim dapat meraih top speed 130 km/j yang saat itu sudah terbilang kencang dimasanya. Namun karena harganya yang terbilang mahal ditambah biaya impor yang juga mahal, membuat harganya tidak terjangkau ekonomi masyarakat Indonesia kala itu. Sehingga membuat penjualan unit RX 125 Twin ini hanya sedikit dan membuat unitnya yang masih dalam keadaan bagus sekarang ini menjadi sangat langka.

Menindaklanjuti penjualan RX 125 Twin yang kurang bagus di Indonesia, setahun kemudian tepatnya di tahun 1977 PT. YIMM (Yamaha Indonesia Motor Manufacturing) mengeluarkan RX 100 sebagai pengganti RX 125 Twin. Menggunakan mesin 2 tak satu silinder berkubikasi 96,7 cc dengan bore x stroke : 52 x 45,6 mm menghasilkan output daya 11,5 Hp di 7.500 rpm dan torsi puncak 0,9 kg-m di 6.500 rpm, menjadikan motor ini sebagai motor impian atau primadona masyarakat pada tahun itu. Melihat penjualan RX 100 yang cukup sukses, pada 1979 Yamaha mengeluarkan kembali  RX 125 di Indonesia. Namun berbeda dengan sebelumnya yang menggunakan mesin 2 tak 2 silinder dari RD 125 yang namanya diubah menjadi RX 125 Twin, kali ini Yamaha memilih menggunakan mesin 2 tak satu silinder berkapasitas 123 cc dengan bore x stroke : 56 x 50 mm dan memiliki rasio kompresi 6,9 : 1, yang dapat menyemburkan tenaga 13 Hp di 7000 rpm serta torsi 13,34 Nm di 7000 rpm. Hal ini bertujuan mengurangi biaya produksi sehingga harga unitnya dapat lebih terjangkau bagi masyarakat Indonesia namun tetap memiliki performa diatas RX 100, pengurangan jumlah silinder ini juga membuat torsi mesin lebih melimpah sehingga berimbas ke konsumsi bahan bakar yang lebih irit dan tidak terlampau jauh dari RX 100.

Seolah tak ingin tersaingi oleh kompetitornya Yamaha kembali merebut hati masyarakat Indonesia dengan menghadirkan RX K tahun 1980 yang menjadi awal mula terlahirnya RX King. Memiliki mesin 2 tak satu silinder berpendingin udara sempat hadir menggunakan kubikasi 123 cc namun kemudian diganti dengan bore x stroke : 54 x 58 mm yang menghasilkan kubikasi mesin sebesar 132 cc, menjadikannya motor dengan output power 17,5 dk di 7.500 rpm dan torsi 15,4 Nm di 8.000 rpm yang tergolong besar dengan konsumsi bbm yang terbilang irit kala itu.

Setahun kemudian Yamaha menghadirkan RX S yang memiliki mesin 2 tak satu silinder berpendingin udara dengan bore x stroke : 54 x 50 mm menghasilkan 114,4 cc dengan output power 15,35 Hp di 8.500 rpm dan torsi 1,35 kg-m di 8.000 rpm, membuat RX S ini sebagai opsi pilihan untuk masyarakat yang ingin motor dengan konsumsi bbm lebih irit dari RX K.

Pada Tahun 1983 Yamaha kembali menghebohkan masyarakat Indonesia dengan menghadirkan RX series terbaru dan menyuntik mati RX K dan RX S yang penjualannya dirasa kurang bagus saat itu, dimana RX S digantikan oleh RX Special sedangkan RX K digantikan oleh RX King yang melegenda. Dari sisi mesin RX Special masih mengusung mesin RX S sedangkan RX King menggunakan basic mesin dari RX K namun dengan bore  stroke : 58 x 50 yang mendongkrak powernya menjadi 18,2 Hp di 9.000 rpm dan torsi 15,1 Nm di 8.000 rpm menghasilkan karakter mesin yang kuat dari rpm bawah hingga menengah , selain itu dari segi tampilan atau bodi Yamaha merombak total dan disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia kala itu. Yamaha dengan 3 konseptornya yang bernama Chikao Kimata, Nobuo Aoshima, dan Motoaki Hyodo melahirkan desain klasik RX King yang tetap disukai masyarakat Indonesia hingga saat ini.

RX King sendiri terbagi dalam 4 generasi, mengingat minat pasar yang tinggi terhadap motor ini yang membuatnya dapat bertahan 20 tahun lebih masa penjualan di Indonesia. Generasi RX King pertama yaitu antara tahun 1983 hingga 1995, pada generasi ini RX King masih didatangkan dalam bentuk dirakit utuh atau CBU (Completely Built Up) dari Jepang sehingga seluruh komponennya masih produksi jepang dan membuat kualitasnya sangat bagus serta awet. Hadir dengan kode blok silinder mesin Y-1 dan Y-2,dimana untuk blok silindernya sendiri saat ini sangat dicari oleh kolektor karena mempunyai kualitas material bagus serta liner tebal yang dapat meredam suara mesin 2 tak yang dikenal berisik. Rx king generasi ini sering disebut RX King Cobra karena menurut masyarakat kala itu bentuk stang kemudi dan bodi saat dilihat dari samping seperti ular cobra yang sedang berdiri.

Generasi kedua mulai tahun 1996 hingga 2001 disebut RX King Master, perubahan mencolok yang dilakukan Yamaha terhadap RX King Master terdapat pada Footstep yang sudah berpisah dari swing arm,penempatan nomer rangka,dan kode blok silinder mesin. Namun meskipun hanya terdapat sedikit perbedaan, penjualan RX King master ini tetap stabil mengingat peminatnya yang masih banyak. Pada generasi ini sebagian bodi dan rangka sudah mulai diproduksi di Indonesia namun untuk mesin masih utuh dari Jepang. Krisis Moneter pada 1997 hingga 1998 yang menimpa Indonesia kala itu membuat Yamaha mengambil langkah untuk merakit dan membuat sebagian besar komponen RX King generasi ketiga. Peristiwa krisis moneter ini juga menjadi salah satu penyebab asal mula keluarga RX series terutama RX King mendapat julukan "Motor Jambret". Dimana ketika itu keadaan ekonomi masyarakat Indonesia sedang terpuruk menyebabkan banyaknya aksi para jambret yang menggunakan RX King sebagai kendaraannya karena memiliki akselerasi cepat, sehingga mudah meloloskan diri dari kejaran warga.

RX King generasi ketiga atau yang sering disebut RX King New ini mulai dari 2002 hingga 2006. Pada generasi ini terjadi perubahan yang lumayan banyak, mulai dari segi bodi dimana desain lampu depan yang menjadi oval,lampu sein yang lebih sporty,mika lampu belakang yang warnanya lebih terang, kulit jok menjadi polos hitam, speedometer bulat, stang kemudi dan begel dengan finishing chrome serta desain striping yang baru membuat penampilan RX King New terlihat lebih modern dari generasi sebelumnya. Pada 2003 tepatnya di bulan Agustus hingga Oktober YIMM mengeluarkan RX King New edisi spesial 20 tahun penjualan RX King dimana menggunakan aksen gold pada ring speedometer,ring lampu depan,striping,kulit jok dengan perpaduan hitam dan coklat serta emblem 20 anniversary di tutup samping dan toolbox. Dari segi pengereman RX King New mendapat upgrade di kaliper rem depan menjadi double piston sedangkan rem belakang masih sama dengan generasi sebelumnya. Blok silinder mesin sudah diproduksi di Indonesia sehingga kodenya berubah menjadi YP 1 dan YP 2 dimana tebal linernya sudah tidak setebal Y1 ataupun Y2 yang asli buatan Jepang. Tetapi dengan banyak perubahan serta beberapa upgrade dari generasi sebelumnya, harga RX King New ini tidak terlampau jauh dari generasi sebelumnya karena perakitannya sudah CKD (Completely Knock Down) atau didalam negeri sehingga menekan biaya pajak impor. Walaupun Yamaha telah melakukan langkah-langkah tersebut, penjualan RX King New ini tidak sebaik generasi sebelumnya karena masyarakat Indonesia yang kala itu di masa bangkit dari krisis moneter cenderung memilih motor bebek 4 tak yang mempunyai konsumsi  bbm lebih irit. Ditambah dengan sempat dilarangnya motor 2 tak melintas ditengah kota pada 2005 karena emisi gas buang, membuat penjualan RX King New ini semakin terpuruk di akhir masa penjualannya.

Tahun 2007 hingga 2009 menjadi tahun meluncurnya generasi terakhir RX King di Indonesia dengan nama New RX King Catalyzer atau yang biasa disebut RX King peredam. Alasan pemberian nama ini karena pada generasi ini Yamaha memasangkan katalis pada knalpot untuk mengurangi emisi gas buang mesin 2 tak RX King yang memiliki ciri khas banyak mengeluarkan asap yang imbasnya juga meredam suara knalpot sehingga menjadi sangat halus,berbeda dengan tiga generasi pendahulu yang memiliki suara khas garing pada knalpotnya. Karena itulah masyarakat Indonesia lebih mengenal  generasi  terakhir ini dengan nama RX King peredam yang memiliki ciri khas suara knalpot yang halus dan minim asap. Di segi tampilan Yamaha Indonesia Motor Manufacturing juga memberi penyegaran pada RX King terakhir ini dengan headlamp bulat dan lampu sein yang sama dengan yang digunakan Yamaha Vixion generasi pertama, lampu belakang yang lebih kecil sehingga terlihat minimalis namun tetap memiliki lekukan agresif, desain striping yang lebih terlihat berani dan gagah, footstep yang lebih minimalis, serta knalpot catalyser nya yang membuat kesan lebih padat, membuat generasi terakhir ini tetap terkesan berwibawa dan masih diminati masyarakat. Hanya saja karena masih dibekali mesin 2 tak dengan karburator seperti generasi sebelumnya membuat RX King peredam ini kalah dari Vixion yang sudah dibekali mesin 4 tak injeksi dengan pendingin radiator, sehingga penjualannya bisa dikatakan tetap kurang baik jika dibandingkan dengan Vixion ataupun Jupiter disaat itu. Berdasarkan aturan batasan emisi kendaraan bermotor di 2010 serta data penjualan yang kurang baik, membuat Yamaha mengambil keputusan untuk menghentikan penjualan atau discontinue pada New RX King Catalyzer ini yang sekaligus menjadi akhir penjualan RX King setelah 26 tahun masa penjualan di Indonesia.

Meskipun sudah tidak diproduksi dan terbilang sudah menjadi motor lama yang berusia diatas 5 tahun, RX King masih menjadi salah satu motor bekas yang dicari. Mengingat peminat serta komunitas motor ini masih terjaga sehingga harga bekas motor ini tidak banyak menurun, bahkan sekarang harga bekasnya lebih mahal dari harga barunya karena banyak kolektor yang mencari untuk menjadikannya sebagai motor klangenan ataupun sekedar hiasan rumah. Begitulah perjalanan hidup RX King di Indonesia mulai dari awal diluncurkan hingga akhir masa penjualannya, dimana dalam 26 tahun masa penjualannya yang kaya akan cerita. Mulai dari dipandang sebagai motor jambret, terpuruk di akhir masa penjualan, hingga kini menjadi salah satu motor yang diincar kolektor. Bahkan setiap pengendara atau pemiliknya memiliki cerita tersendiri yang melekat pada motor ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun