Mohon tunggu...
Ahmad Bahrul alam
Ahmad Bahrul alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kuliah mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aktualiasasi Pemikiran Raden Ajeng Kartini terhadap Perempuan Papua

19 Juli 2022   14:38 Diperbarui: 19 Juli 2022   14:42 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran pahlawan di Indonesia sangatlah besar terhadap kondisi suatu negara. Pahlawan menjadi sebuah gelar untuk mereka yang telah mengorbankan masa hidupnya untuk membela bangsa dan bahkah rela mati demi mempertahankan negara. 

Sebagaimana ungkapan yang di sampaikan oleh Presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarna "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya" dengan menghormati para pahlawan tersebut secara tidak langsung memberikan penghargaan untuk mereka yang telah berjuang untuk mempertahankan negara Indonesia yang memungkinkan kita untuk merasakan arti kemerdekaan dan kebebasan dari belunggu penjajahan. 

Pahlawan di Indonesia sanagatlah banyak salah satu yang berpengaruh terhadap kebebasan hak perempuan di Indonesia ialah Raden Ajeng Kartini. Berkat jasa beliau hingga saat ini kita dapat merasakan arti kebebasan khususnya perempuan sehingga perempuan dapat menempuh pendidikan dengan setinggi mungkin dan mempunyai hak dan kesetaraan dalam mendapatkan impian. Raden Ajeng Kartini pantas disematkan sebagai pahlawan nasional hal ini dikarenakan berkat jasa dan kerja keras beliau, kaum perempuan dapat merasakan arti kebebasan dan persamaan hak yang sama. 

Raden Ajeng Kartini atau Kartini menjadi tokoh besar dalam emansipasi wanita di Indonesia. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 bertempat di Jepara, Jawa Tengah. Ia merupakan perempuan berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya bernama Raden Mas Ario Adipati Sosroningrat yang merupakan seorang Bupati Jepara dan Ibunya bernama M.A Ngasirah sebagai guru agama di Teluwakur. 

Kartini mendapati pendidikan pada Europes Lagere School (ELS) hingga umur 12 tahun saja. Hal ini disebabkan adanya aturan adat istiadat Jawa yang mengharuskan perempuan untuk tinggal di rumah hingga ia menikah. Akan tetapi atas kegigihan dan kerja keras beliau, ia tetap berusaha untuk melanjutkan pendidikan yang kemudian ia bersama kedua saudaranya membuka sekolah kerajinan teruntuk perempuan di kabupaten tersebut. Sebagai perempuan yang mempunyai kegigihan dan kecerdasan yang tinggi. 

Kartini menjadi sosok perempuan paling berpengaruh di Indonesia. Sebagaimana perjuangan beliau untuk membuka sekolah untuk perempuan disana, memberikan kesempatan untuk perempuan belajar kerajinan bahkan membagun kemandirian perempuan di daerah tersebut. Selama hidup Kartini sering kali menuliskan pemikirannya dalam majalah belanda yang di mana tulisan kartini tersebut terus di publikasikan secara luas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun