Mohon tunggu...
Ahmad Avicenna
Ahmad Avicenna Mohon Tunggu... Mahasiswa - asa

Opini terhadap masalah sosial politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Merapatnya Demokrat ke Prabowo: Dukungan SBY Meningkatkan Elektabilitas Prabowo Dalam Pilpres 2024?

26 September 2023   12:22 Diperbarui: 26 September 2023   12:43 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibalik merapatnya Demokrat ke partainya Prabowo yakni Gerindra berawal dari rasa kekecewaan yang di alami oleh partai Demokrat yang sebelumnya bergabung atau mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden atas dukungan Surya Paloh sebagai ketua umum partai NasDem dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan ketua umum partai Demokrat dianggap akan dipilih untuk mewakilinya. Sebelum Anies Baswedan secara resmi mendeklarasikan calon wakil nya pada 2 September 2023 lalu, kita semua tahu bahwa Anies dan AHY sudah begitu dekat dengan diperlihatkannya berbagai kunjungan dan pertemuan keduanya dengan membicarakan banyak hal, seperti masalah sosial, agama, politik, ekonomi, dll. Banyak pendukung dari keduanya kemudian mencalon-calonkan keduanya seperti "Anies dan AHY untuk 2024", hal tersebut diperlihatkan seperti adanya spanduk/baliho yang bertulis kan demikian.

Hingga pada akhirnya Anies Baswedan pada awal September 2023 lalu secara resmi mendeklarasikan calon wakilnya yang ternyata bukan Agus Harimurti Yudhoyono dari ketua partai Demokrat, melainkan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dari ketua Partai Kebangkitan Nasional (PKB). Dengan deklarasi tersebut sekaligus menyatakan bahwa PKB bergabung dengan partai NasDem dan PKS dengan nama koalisi yaitu Koalisi Perubahan. Padahal AHY dan partainya berharap bahwa AHY akan menjadi wakil dari Anies dalam pilpres 2024 kelak, hal ini karena diperlihatkannya ke akraban atau kedekatan keduanya di media sosial masing-masing dalam berbagai pertemuan, serta diperlihatkannya secarik surat yang ditulis oleh Anies untuk AHY, dimana isi surat tersebut bertuliskan bahwa Anies bermaksud menyampaikan harapan kepada AHY untuk berkenan menjadi pasangan dalam mengikuti Pilpres 2024 mendatang. Tidak hanya itu, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya sebelumnya juga mengklaim bahwa Anies sempat menghubungi AHY secara lisan pada 12 Juni 2023 lalu yang menyatakan kesediaaan AHY untuk mendapiminginya di Pilpres 2024 nanti. Karena merasa AHY dikhianati oleh Anies dengan tidak dijadikannya AHY sebagai calon wakilnya maka atas dasar ini lah partai Demokrat dan AHY menyatakan diri keluar dari koalisi perubahan.

Setelah berpisah dengan koalisi perubahan partai Demokrat kemudian berpindah haluan ke Koalisi Indonesia Maju yang terdiri dari partai Gerindra, Golkar, PAN, dan kemudian Demokrat. Hal ini diperlihatkan dengan adanya pernyataan dan pertemuan dari Ketua Majelis sekaligus mantan ketua umum partai Demokrat yakni Susilo Bambang Yudhoyono di tempat kediaman bakal calon presiden dari partai Gerindra yakni Prabowo Subianto di Hambalang, Jawa Barat. Dalam pertemuannya itu SBY menyatakan akan memberi dukungan penuh kepada Prabowo untuk menjadi Presiden dalam pemilu 2024 mendatang.

Perlu diketahui bahwa SBY, AHY, dan Prabowo sendiri mempunya latar belakang pendidikan yang sama, mereka berasal dari Akademi Militer di Lembah Tidar Magelang. Dan mereka bisa dibilang sebagai senior dan junior yang sudah akrab sejak lama serta mengetahui betul karekter atau sikap satu sama lain, dimana SBY senior dari Prabowo dan AHY Junior dari Prabowo. SBY menyatakan sangat mengetahui betul wawasan dan pengetahuan Prabowo from defence to geopolitics to economics to international relations, almost everything termasuk visi yang diperlukan oleh seorang presiden. Maka dari itu tidak heran jika Susilo Bambang Yudhoyono dan Agus Harimurti Yudhoyono menyatakan dukungan penuh kepada Prabowo Subianto di Hambalang Bogor pada hari Minggu 17 September 2023 dan dalam rapimnas partai Demokrat, pada Kamis 21 September 2023 lalu.

Dengan bergabungnya partai Demokrat ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) maka kemungkinan akan menambah elektabilitas Prabowo dalam pemilu yang akan mendatang, pasalnya SBY menyebut kan bahwa dirinya, pak Wiranto, pak Agung Gumilar, dll akan bangga jika ada alumni lembah tidar lainnya yakni Prabowo memimpin Indonesia dan SBY akan siap turun gunung memberikan dukungan kepadanya. Turun gunung nya SBY ini lah yang mungkin akan meningkatkan elektabilitas Prabowo Subianto, karena sosok SBY sendiri masih memiliki basis pendukung atau pengaruh yang luar biasa di beberapa wilayah besar Indonesia seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, bahkan di bagian Indonesia Timur. Dengan begitu akan banyak pendukung SBY yang kemudian juga pasti akan memberikan dukungannya kepada Prabowo dalam pilpres nanti.

Tidak hanya mendapat pengaruh dukungan dari SBY dan pendukungnya, Prabowo juga mendapat dukungan dari para relawan Jokowi Mania untuk pilpres 2024 yang kemudian menyebut dirinya sebagai Prabowo Mania 08. Pasalnya Prabowo dianggap telah berhasil membantu pemerintahan Jokowi dan dianggap dapat meneruskan kinerja Jokowi sebagai presiden. Tidak menutup kemungkinan Prabowo akan dipastikan lolos ke putaran kedua pilpres 2024 jika seluruh pendukung SBY dan mantan relawan Jokowi benar-benar mendukung Prabowo menjadi presiden dan tidak ada perselisihan diantara kedua pendukung tersebut.

Dalam dua hari terakhir saya melakukan survei sosial politik di daerah Jakarta Selatan dan ketika melakukan wawancara dengan warga di beberapa kelurahan disana ternyata rata-rata warga disana merasa kurang puas dengan kinerja Jokowi sebagai presiden dan rata-rata akan memilih Prabowo Subianto sebagai presiden selanjutnya jika pemilihan diadakan sekarang. Meski begitu warga juga banyak yang tidak mengerti dengan politik atau takut dengan hal yang berbau politik dan hanya ikut-ikutan biasanya kalo dalam hal memilih calon, entah itu suami/keluarga, lingkungan, tokoh agama dls. Ada juga warga yang tahu masalah politik dan menentukan pilihannya tapi merasa tetap tidak membawa perubahan terhadapnya dan lingkungannya kemudian menjadi pasrah saja dengan masalah yang terjadi, seperti "biar saja siapapun presidennya yang penting jujur, perhatian dengan rakyat, dls".

Dengan demikian saya katakan bahwa meskipun saat ini elektabilitas Prabowo meningkat dengan adanya dukungan langsung dari SBY, elektabilitas Ganjar meningkat karena di cawe-cawe Jokowi, elektabilitas Anies meningkat karena menggandeng Cak Imin sebagai wapresnya yang mempunyai pengaruh besar di Jawa Tengah, belum tentu ketika pemilihan umum berlangsung tidak ada yang berpindah haluan ke lain hati. Karena tidak sedikit juga warga ketika pemilihan umum menentukan calonnya dari jauh-jauh hari atau waktu kampanye, banyak juga yang menentukan calonnya yang mau dicoblos pada saat di bilik suara ketika melihat kertas berisikan nama-nama calon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun