Mohon tunggu...
iduos
iduos Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

THR Tukang Parkir dan Mudik

4 Mei 2023   12:19 Diperbarui: 4 Mei 2023   13:01 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, THR yang diberikan oleh tetangga semakin sedikit. Bahkan tak jarang dari mereka yang tidak memberikan sama sekali dengan dalih bahwa sudah dewasa tidak perlu THR lagi. masalah tersebut mengakibatkan rasa ingin berkunjung ke rumah-rumah pun menjadi turun. Seperti halnya beberapa mahasiswa yang saya wawancarai ini, yang enggan untuk mudik dan memilih menjadi tukang parkir di salah satu mall.

Keuntungan menjadi juru parkir sendiri cukup banyak. Pendapatan yang cukup, waktu kerja yang fleksibel, dan tentu saja, pekerjaannya mudah. Kita hanya perlu menjaga sebuah lahan parkir yang biasanya sudah disediakan. Disana, kita menjaga motor yang terparkir sambil bermain gawai, mengobrol dengan sesama juru parkir sambil menikmati secangkir kopi. Dan hanya perlu membantu mengeluarkan sepeda motor yang terparkir rapi untuk memudahkan pemiliknya.

Dari penuturan mereka, seorang juru parkir biasa menghasilkan Rp4,5 juta sampai Rp7,5 juta dalam sebulan. Walaupun bagi sebagian keluarga di rumah, banyak yang memandang sebelah mata pekerjaan ini. karena menganggap pekerjaan ini tidak bergengsi dan rendahan. Juru parkir juga dianggap remeh karena dianggap pekerjaan yang tidak harus memiliki keterampilan tertentu.

Selain diremehkan pekerjaan juru parkir juga dibenci. Banyak teman saya yang kesusahan ketika ada juru parkir di tempat-tempat yang tidak begitu ramai, seperti kos, warung makan kaki lima, dan teras rumah mereka. Ada pula oknum juru parkir yang ketika seseorang memarkir kan motornya tidak di bantu, dan ketika akan diambil tiba-tiba sang juru parkir datang entah ari mana dengan tangan menengadah. Para oknum seperti inilah yang membuat profesi juru parkir dipandang rendah.

Stigma buruk ini tidak hanya menyasar juru parkir saja. Banyak pekerjaan lain yang selalu menjadi bahan cemoohan sekitar. Sebagai warga negara yang baik, kita tidak boleh memandang pekerjaan orang lain lebih rendah dari kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun