Mohon tunggu...
Ahmad Asyhar Adaby
Ahmad Asyhar Adaby Mohon Tunggu... Petani - petani

menyukai tanaman hijau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyikapi dengan Ilmu Fitrah Manusia di Zaman Modern

4 November 2023   21:00 Diperbarui: 4 November 2023   21:33 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fitrah manusia dalam alqur’an Surat ar-rum ayat 30 : menurut tafsir al azhar karya prof. Dr H abdul malik abdul karim amrulloh (HAMKA).

 “ maka tegakkanlah wajah engkau kepada agama, dalam keadaan lurus. Tegakkanlah wajahmu artinya berjalanlah tetap diatas jalan agama yang telah dijadikan syari’at oleh allah untuk enakau. Agama itu adalah agama yang disebut hanif, yang sama artinya dengan al mustaqim yaitu lurus. Tidak membelok ke kiri dan ke kanan. Hanif ini pula lah yang disebut untuk agam nabi ibrahim. Bahkan dijelaskan bahwa yang ditegakkan oleh nabi muhammad SAW sekarang ini ialah agama hanif itu, atau asshirotholmustaqim itu, sesudah banyak diselewengkan atau dibelokkan dari tujuan semula oleh anak cucunya. Baik anak cucu yang keturunan bani isroil, atau anak cucu dari keturunan bani israil.

                Yang keturunan dari bani israil menyelewengkan agama dari nabi ibrohim itu jadi agama keluarga, lalu mereka beri nama Yahudi, dibangsakan kepada anak tertua dari Ya’qub yang bernama Yahuda. Nama ya’qub diwaktu kecil adalah Isroil.Kemudian itu keturunan selanjutnya dari bani israil menyelewengkan pula dengan memasukkan ajaran mitos, agama-agama kuno “tri murti” atau “trinitas” ke dalam agama, lalu mereka katakan bahwa tuhan itu adalah tiga dalam yang satu dan satu dalam yang tiga.

                Keturunan dari bani isma’il menyelewengkan pula. Ibrahim mendirikan ka’bah rumah pertama didun ia untuk menyembah alloh yang Maha Esa. Namun lama kelamaan anak cucu ibrahim dari turunan isma’il menyembah berhala-berhala yang awalnya dua tiga berhala berpuluh-puluh berhala dan setelah nabi datang diketahui berjumlah 360 berhala. Sebagian mereka dirikan pada dinding-dinding ka’bah itu. Bahkan dalam ka’bah sendiri didapati berhala maryam sedang memangku Isa almasih di waktu masih sarat menyusu. Semuanya itu jadi bukti bahwa jalan telah dialih orang yang datang kemudian.

                Pada ayat 172 dari surat 7, al a’rof dalam kata lain tuhan telah menyatakan juga tentang fitrah itu. Yaitu pada suatu masa dahulunya, manusia yang masih ada dalam wujud ‘ilmi, yaitu masih ada dalam ilmu tuhan tetapi belum dilahirkan ke muka bumi. Maka sejak akal tumbuh sebagai insan, pengakauan akan adanya yang maha pencipta itu adalah fitrah, sama tumbuh dengan akal, bahkan boleh dikatakan bahwa dia adalah sebagian dari yang menumbuh kembangkan akal. Maka dapatlah dikatakan bahwa kepercayaan terhadapa adanya Yang Maha kuasa, adalah fitriatau asli pada manusia. 

Menentang atas adanya allah SWT, artinya ialah menentang fitrahnya sendiri. Seumpanya kaum komunis, mereka hendak memperkokoh pendirian tenteng tidak percaya terhadap adanya Tuhan (atheis) adalah dengan paksaan. Sebab itu kalu ada dikalangan mereka yang menyatakan fitrahnya itu, dia akan dipandang salah, lalu diadakan apa yang mereka namai sebagai pembersihan otak.

                “sekali-kali tidaklah ada pergantian pada ciptaan allah.” Artinya bahwa allah ta’ala telah menentukan demikian. Yaitu kepercayaan atas adanya Yang Maha Kuasa adalah fitri dalam jiwa dan akal manusia, itu tidak dapat diganti dengan yang lain. Pada pokoknya seluruh manusia, tidak pandang kedudukan, tidak pandang bangsa dan iklim tempat dilahirkan, benua tempat dia berdiam, namun mereka dilahirkan didunia atas keadaan yang demikian itu.

                “ Dari Abu Hurairah (radhiallohu’anhu), berkata dia : berkata nabi SAW “tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan dengan keadaan fitrah. Maka kedua bapak ibunya lah yang menyahudikannya, mennasronikannya atau memajusikannya.”

                Sesuailah hadis dengan kemajuan hasil penyelididkan ilmu pengetahuan modern bahwasanya yang membentuk jiwa manusia adalah lingkungan. Dijelaskan bahwa lingkungan pertama ialah asuhan ibu dan bapa. Pernah ada orang modern mengatakan biarkan sajalah anak-anak itu bebas jangan diisi dengan agama. Kalau dia sudah dewasa kelak dia sendiri akan memilih sendiri mana agama yang sesuai dengan jiwanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun