Mohon tunggu...
Ahmad Arpan Arpa
Ahmad Arpan Arpa Mohon Tunggu... Freelancer - Filsuf

Alumnus Unindra-Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Writer Enthusias, a ghost writer.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gas Angin Mata

18 Maret 2023   19:05 Diperbarui: 18 Maret 2023   19:07 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ratusan jiwa melayang
Milyaran pasang mata memandang
dari Merauke hingga Sabang
Tragedi kemanusiaan yang terjadi di gelanggang
Mungkin saja uang yang menang

Yang terlihat hanya bayangan
di langit pekat yang kian hitam
Yang terasa saat ini tak ada yang lebih terang dari gelap
Tapi, ini bukan tentang warna
ini tentang rasa, tentang asa, dan kita
Sesuatu yang lebih mematikan dari gelap dan hitam

Adalah ketika tak ada yang bisa dipercaya
Padahal semuanya begitu nyata terjadi di depan mata
Abu-abu kini menghitam
Namun, sekali lagi ini bukan tentang gelap
Ini tentang keadilan dan rasa kemanusiaan

Berharap terang berujung gelap
Namun, hari berganti waktu terus berputar
Cobalah lelap dalam terang
Karena waktu sedang berjuang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Gemercik Gerimis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun