Saham-saham di Indonesia telah menjadi sorotan dalam beberapa hari terakhir, terutama yang terkait dengan perusahaan yang memiliki hubungan dengan israel. Masalah ini telah menciptakan ketegangan di pasar modal Indonesia, yang pada gilirannya memengaruhi stabilitas ekonomi negara ini.
Tentu saja, masalah ini memiliki akar politik yang dalam. Hubungan Perusahaan yang ada di Indonesia dengan israel selama beberapa hari terakhir telah dipenuhi dengan kontroversi dan ketegangan.Â
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia telah mengambil posisi yang tegas dalam mendukung Palestina dan mengecam tindakan Genosida yang dilakukan israel terhadap penduduk Palestina.Â
Hal ini telah menciptakan penolakan (boikot) terhadap perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel, yang mencakup beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Â
Contohnya McDonald's (McD), banyak cabang-cabangnya yang terdapat di Indonesia mengalami penurunan saham hingga miliaran rupiah bahkan ada beberapa yang terpaksa tutup karena tidak bisa menutup kerugian.
Anjloknya saham-saham perusahaan yang pro-Israel di Indonesia dapat diatribusikan kepada beberapa faktor. Pertama, tekanan dari berbagai kelompok masyarakat yang mendukung Palestina telah memicu aksi boikot terhadap perusahaan, proses ini secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan di pasar modal. Selain itu, perusahaan ini juga menghadapi risiko hukum dan reputasi yang signifikan, yang dapat mengurangi minat investor.
Kedua, faktor politik juga memiliki peran besar dalam anjloknya saham-saham tersebut. Atas banyaknya aksi masyarakat Indonesia yang mendukung Palestina, pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk mengekang hubungan dengan Israel, termasuk pembatasan ekspor-impor dan investasi. Tindakan ini telah menciptakan ketidakpastian di antara investor asing dan domestik, yang lebih suka menghindari risiko potensial dengan menjauh dari perusahaan yang terlibat dalam kontroversi ini.
Meskipun tekanan politik dan publik mungkin mempengaruhi saham-saham pro-Israel, ada juga argumen bahwa hal ini bisa merugikan negara. Beberapa analis pasar modal mengingatkan bahwa pasar modal yang kuat adalah elemen penting dalam pertumbuhan ekonomi. Jika terlalu banyak tekanan politik ditempatkan pada saham-saham perusahaan yang pro-Israel, ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di Indonesia.
Namun, sementara anjloknya saham-saham pro-Israel mungkin memunculkan ketidakpastian, ini juga menciptakan peluang bagi pasar modal Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada sektor yang kontroversial ini. Investor dapat mulai mencari peluang investasi di sektor-sektor lain yang lebih stabil dan berpotensi memberikan hasil yang lebih baik.
Di sisi lain, ada juga argumen yang berpendapat bahwa politik dan ekonomi harus dipisahkan. Investasi di pasar modal seharusnya didasarkan pada fundamental perusahaan dan prospek pertumbuhan jangka panjang, bukan pada masalah politik. Meskipun penting untuk menghormati nilai-nilai dan keyakinan, mengabaikan peluang investasi yang baik hanya karena faktor politik dapat merugikan ekonomi secara keseluruhan. Apalagi karena terdapat banyaknya fakta dan berita bahwa perusahaan-perusahaan yang pro-israel ini mendanai aksi mereka dalam berbagai hal seperti makanan, persenjataan, dan lain-lainnya hanya untuk menyingkirkan Palestina.