[caption id="attachment_292460" align="aligncenter" width="464" caption="Ada Udang di Balik Sikap Rizal Ramli"][/caption] Selama ini saya bertanya-tanya mengapa orang sekaliber Rizal Ramli, mantan menteri dan komisaris utama PT Semen Gresik selalu menyerang SBY? Apa yang salah dari SBY? Atau sebesar itukah salah SBY sehingga tak ada hari tanpa kritik dari Rizal Ramli. Saya tak ingin menduga-duga, apalagi menuduh yang bukan-bukan, karena kalau itu saya lakukan, saya sama saja dengan sikap Rizal Ramli. Karena itu, saya ingin mengacu pada bukti tertulis, pada data yang bisa dipertanggung jawabkan, paling tidak sampai saat ini belum ada yang bisa membantahnya secara tertulis sebagai sebuah dokumen. Buku itu adalah "Selalu Ada Pilihan" karya Susilo Bambang Yudhoyono. Karya ini bisa jadi sangat subyektif, tetapi bila Rizal Ramli tak bisa membantahnya saya tentu lebih percaya buku ini. Karena penulisan buku yang disebar ke publik menunjukkan adanya kebenaran yang bisa dipertanggung jawabkan oleh penulisnya, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. Dan tentu apabila penulisan buku ini dianggap rekayasa, Rizal Ramli bisa menuntutnya dan mensomasinya. Tapi bila Rizal Ramli tak bisa memberi komentar yang seimbang, isi buku ini 1.000% kebenarannya. Inilah cerita awal, bagaimana ketidaksenangan Rizal Ramli terhadap SBY bermula. Saya menyadur sebagian besar tulisan ini dari www.tribunnews.com dan sudah pasti dibaca banyak orang tanpa ada sanggahan berarti, apalagi dari Rizal Ramli. Dalam buku setebal 807 halaman ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut sejumlah orang yang selama ini memusuhi dirinya. Dalam buku berjudul "Selalu Ada Pilihan, SBY memang tidak menyebut nama, namun memberi sejumlah petunjuk melalui cerita yang cukup panjang lebar sehingga mengarah pada sosok tertentu. Di halaman 147, sub-bab Musuh Menjadi Semakin Banyak, SBY menguraikan panjang lebar mengenai sosok yang disebut sebagai tokoh unik. "Saya akan menutup topik ini dengan cerita tentang seseorang yang amat gigih melaksanakan 'kampanye anti-SBY'. Bahkan hingga buku ini diterbitkan, yang bersangkutan termasuk konsisten dan amat bersemangat untuk terus mendiskreditkan nama saya," ujar SBY. Untuk menguatkan kisah mengenai sosok orang tersebut, SBY menyebut nama mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. "Setelah saya terpilih menjadi presiden di tahun 2004, ia pernah saya ajak untuk menjadi menteri. Tetapi ketika saya meminta Wapres Jusuf Kalla menghubungi yang bersangkutan, katanya tidak bersedia," kata SBY. Menurut Kalla memang ada tokoh yang kemudian meminta posisi lain. "Memang ada beberapa, tapi bukan menolak. Ada yang hanya ingin jabatan lain," tuturnya. Saat ditanya siapa yang sempat menolak dan meminta jabatan lain tersebut, Kalla menolak menyebutkan. Ketika disebut nama Rizal Ramli, Ketua Umum PMI itu hanya tertawa dan tetap enggan menyebut nama. "Anda lho yang mengatakan itu (Rizal Ramli) bukan saya," katanya. Ia menegaskan, terkait Rizal Ramli seharusnya tidak ada persoalan meski tidak menduduki posisi menteri. Dikatakan, Rizal Ramli kemudian mendapatkan jabatan sebagai komisaris BUMN. "Beliau kan setelah itu menjadi komisaris (PT Semen) Gresik," tambahnya. Saat ditanya soal permintaan Rizal Ramli untuk kembali diangkat menjadi menteri dan Gubernur Bank Indonensia (BI) namun tidak terpenuhi, Kalla enggan berkomentar. Mengenai posisi Rizal di BUMN, dalam bukunya SBY menyebutkan, "Setelah itu ia minta sebuah posisi di BUMN. Permintaan itu saya kabulkan karena yang bersangkutan memang punya kemampuan untuk itu. Kemudian setelah itu ia keluar dari posisi itu, kemudian minta posisi menteri di kabinet. Tentu tidak segampang itu saya melakukan penggantian menteri ". Lebih lanjut disebutkan orang tersebut menyampaikan pesan lewat seorang anggota kabinet agar diangkat sebagai Gubernur Bank Indonesia. "Bahkan, yang lebih menyeramkan, ternyata ia sangat ingin menjadi wapres ketika Pak Boediono tengah digoyang secara politik karena urusan Bank Century," kata SBY. SBY menyebut tokoh tersebut sebagai seorang menteri di era sebelum dirinya menjadi presiden. Seperti diketahui Rizal Ramli merupakan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan di Kabinet Persatuan Nasional era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). SBY dalam bukunya "Selalu Ada Pilihan" walaupun tidak secara khusus menyebut nama, karena ingin menjaga perasaan yang bersangkutan, namun dengan indikator dan identitas yang disampaikan, tanpa mengerutkan dahi kita sudah bisa tahu siapa yang dimaksud orang yang ingin jabatan bermacam-macam itu. Dan jangan heran, karena dari sekian jabatan yang diinginkan tak ada yang kesampaian, kecuali komisaris BUMN, wajar bila kekecewaan itu terbawa-bawa dalam bentuk ketidaksukaannya pada SBY. Sejarah punya bukti, selalu ada udang di balik batu kata yang disampaikan oleh orang-orang yang kecewa dan tidak lapang dada untuk menerimanya. Naudzubillah. Untuk lebih jelasnya baca buku; SELALU ADA PILIHAN, terbitan Kompas, 2014. (coz/bah/fer)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H