Mohon tunggu...
Ahmad Arafat
Ahmad Arafat Mohon Tunggu... karyawan swasta -

A first-born child. A dreamer. A thinker and philosopher-wannabe. A junior-engineer. An ongoing-writer/author/traveler/enterpreneur. A wondering wanderer. And... also, a sincere-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang dan Merindukan Kembali "Al Faruq", Sang Pendekar Kebenaran

9 November 2012   17:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:42 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Dan di sinilah kita, setelah lebih dari satu dekade kepergiannya; setelah lewat belasan tahun reformasi menjelma; juga setelah puluhan tahun perjuangan dan pertarungan yang Baharuddin Lopa lalui dan derita – kita masih merindukan sosoknya. Seorang Sekjen Komnas HAM yang dicintai orang-orang lemah nan tertindas. Seorang Menteri Hukum & HAM yang ditakuti para durjana dan penindas. Seorang Jaksa Agung ke-18 yang menjabat dalam masa teramat sangat singkat (6 Juni – 3 Juli 2001), namun telah memberikan dampak dan pengaruh yang sangat besar bagi perjuangan dan idealisme untuk memerangi dan memberantas korupsi sepenuhnya, menegakkan supremasi hukum seutuhnya dan menjadi sosok teladan seorang “pendekar hukum”; pembela kebenaran; penegak keadilan tanpa pandang bulu dan tiada rasa takut – kecuali rasa takut kepada Tuhannya.


Dia adalah lokomotif yang berani berjalan sendirian, menentang tirani penguasa, menghancurkan dominasi para koruptor yang terhina, memperbaiki sistem yang bobrok dari dalam, dan menghidupkan harapan serta membumbungkan asa dari rakyat kecil akan terwujudnya satu kata: “keadilan”! Dia adalah pelopor dan perintis perjuangan melawan dan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang telah lama menggerogoti bangsa ini dan merendahkan martabat negeri ini di mata dunia. Dialah pejuang yang tak kenal lelah, tanpa pamrih dan penuh dedikasi, pantang mundur, tiada gentar dan takut untuk memperjuangkan prinsip-prinsip hukum dan kebenaran, apapun resikonya dan siapapun yang dihadapinya.


Dia, Baharuddin Lopa, adalah seorang pahlawan! Pahlawan yang selalu kita rindukan. Pahlawan yang senantiasa kita nantikan. Pahlawan yang ingin kita miliki dan dapati di setiap zaman. Karena, selama dunia belum kiamat, pertarungan antara Good vs. Evil, perang antara Kebenaran dan Kebatilan masih akan terjadi, dan selama itu pula, kita membutuhkan pahlawan-pahlawan seperti yang ada pada diri seorang Baharuddin Lopa yang sederhana namun begitu luar biasa.


Kepahlawanan inilah yang sepatutnya kita teladani, ikuti dan duplikasi dalam diri kita masing-masing. Karena setiap masanya, memiliki (juga membutuhkan) pahlawannya masing-masing. Akan tetapi, para pahlawan tidaklah dilahirkan, juga tidak muncul begitu saja. Pahlawan, ada karena merajalelanya ketidakadilan. Pahlawan, dapat muncul dari setiap prahara, krisis dan polemik berkepanjangan. Dan pahlawan, selalu punya gayanya tersendiri yang tak akan pernah bisa ditiru oleh orang lain. Kepahlawanan tersebut senantiasa dibutuhkan. Baik di masa yang tenang, ataupun di masa yang bergejolak, apalagi di masa yang penuh ketidakpastian. Hanyalah kekuatan tekad dan keberanian mengungkap kebenaran yang menjadikan sosok Baharuddin Lopa maupun pahlawan lainnya tampil menjadi pahlawan sesungguhnya: pahlawan yang kokoh berdiri di atas prinsip yang diyakininya, teguh berjuang demi mencapai tujuannya, sembari bekerja dan terus berkontribusi tanpa mengharapkan pamrih dan balas jasa.


Saya melihat kepada Abraham Samad, Dahlan Iskan, juga Jokowi, dan bersama dengan Baharuddin Lopa, mereka semua memiliki kesamaan – mereka sama-sama pahlawan. Terkadang pahlawan ini datang dan pergi, hilang dan muncul silih berganti, patah lalu tumbuh kembali. Namun satu hal yang pasti; mereka –terlepas dari segala kekurangan kodratinya sebagai manusia– adalah pribadi dengan watak yang sangat heroik, yang meskipun didera berbagai hambatan, tantangan dan perlawanan tak pernah membuat mereka surut dan patah arang. Mereka hanyalah orang yang sangat kuat nan bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan maksud dan keinginannya. Dan mereka juga begitu konsisten juga persisten dalam memenuhi panggilan jiwanya. Inilah yang membedakan mereka dari manusia kebanyakan. Inilah yang menjadikan nama mereka harum dan sejarahnya dibanggakan. Inilah yang mengangkat derajat mereka mulia, lalu dikenali dengan sebutan... pahlawan!


Though much is taken, much abides;

and though we are not now that strength which in old days

Moved earth and heaven, that which we are, we are,--

One equal temper of heroic hearts,

Made weak by time and fate, but strong in will

To strive, to seek, to find, and not to yield.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun