Final Piala AFF 2010 telah usai, kita menang di pertandingan terakhir tapi tak mampu mengejar defisit kekalahan di Bukit Jalil. Malaysia secara jelas telah menjadi juaranya, dan kita kembali menjadi Runner Up, tetapi cerita tentang perjuangan timnas tetap menarik hingga kini. Atas bantuan teman saya Opiq mencarikan tiket, saya berkesempatan bergabung dengan 95.000 penonton di Stadion GBK pada malam ketika sebuah gol Malaysia memperdaya kiper Markus, dan dua Gol dari Garuda tak mampu membuat kita mengangkat trofi. Sore jam 16.30, ketika motor saya mulai berbelok di Jalan Sudirman, para suporter berbaju merah telah mulai mengular di jalanan, beberapa bahkan tak pakai baju tapi melumuri badannya dengan cat berwarna Merah dan Putih. Saya parkir di Plaza Semanggi dan melanjutkan perjalanan dengan Angkot nomor 19 yang dipenuhi Suporter dan bahkan kondekturnyapun memakai baju Timnas. Sepanjang jalan yang tak jauh dari Semanggi ke Pintu Satu GBK, terompet dan nyanyian para suporter telah bersahut-sahutan saling menyemangati meskipun peluang kita seperti kata Tuan Riedl hanya sekitar 5-10%, tapi suporter tetap yakin bahwa kemenangan 5-1 tetaplah realistis karena kita pernah melakukannya di Stadion yang sama. [caption id="attachment_617" align="alignleft" width="213" caption="Garuda di Dada"][/caption] Turun di Jembatan Halte Busway Gelora Bung Karno, Suporter semakin banyak, hingga jembatan penyeberangan itu rasanya tak cukup besar untuk menampung orang yang ingin menyeberang. Para pedagang asesoris telah mulai menawarkan dagangannya, terompet aneka macam, stiker yang ditempel dijidat dan dipipi, serta ikat kepala. Masuk ke area GBK lebih ramai lagi, pedagangnya lebih banyak lagi, kaos Timnas dengan berbagai macam motif dan harga variatif mulai dari 25.000 rupiah tergantung dimana-mana, para pedagang mendapat berkah luar biasa dari lolosnya kita ke Final dan euforia itu menjadikan para suporter rela mengeluarkan kocek untuk melengkapi dirinya dengan baju, syal, terompet dan topi. Ketika masuk ke area jogging stadion GBK lebih banyak orang lagi, dibanyak sudut stasiun televisi tak mau ketinggalan menyiarkan secara langsung suasana meriah dari GBK, salah satu atau dua diantaranya dianggap banyak orang terlalu lebay menyiarkan tentang Timnas sehingga mendatangi pemain di hotelnya dan masih sempat mewawancarai para pemain ketika dalam perjalanan dari Jakata ke Kuala Lumpur, gangguan-gangguan yang disebut oleh Tuan Riedl sebagai salah satu penyebab hilangnya konsentrasi pemain ketika bermain di Bukit Jalil, gangguan yang disebut beberapa blogger sebagai kelebayan orang-orang Media yang sebenarnya tak mengerti Sepak Bola. Tapi siaran langsung suasana meriah dari GBK pastilah bukan bagian dari kelebayan itu, justru sekarang lah saatnya mendukung Timnas. Beberapa kendaraan lapis baja berwarna gelap berjejer menjaga keamanan, RI 1 akan hadir dan wajah Indonesia akan tercoreng ketika penonton tak bisa bersikap dewasa. Kita memang harus bersiap-siap, perlakuan suporter Malaysia di Kuala Lumpur menjadikan banyak orang khawatir akan serangan balasan suporter Indonesia yang sudah mencontohkan banyak kerusuhan dalam serial Liga yang digelar PSSI. Kekhawatiran lain adalah suporter Indonesia dianggap belum cukup dewasa sehingga kemungkinan akan rusuh ketika kita tak bisa Juara, dan kemungkinan untuk tak Juara itu besar, seperti yang sudah diucapkan oleh Riedl. Bahkan ada yang berpesan agar tak membawa senjata tajam dan sejenisnya masuk ke Stadion GBK, semuanya sudah tersedia dibawah kursi. Tapi saya yang membawa istri untuk menonton bersama, tetap berpandangan tak bakal ada kerusuhan, sebabnya sederhana, karena SBY akan hadir menonton dan ada banyak wanita yang menonton, petugas akan memastikan SBY tidak dipermalukan oleh ulah suporter, dan kelakuan para suporter yang biasanya brutal bisa dinetralisir oleh suara-suara halus wanita yang jumlahnya mungkin 1/3 dari penonton, jadi tak perlu khawatir. Setelah lolos dari pusaran penonton yang banyak, kami masuk dalam Stadion yang kelihatannya sudah penuh, dan memang kelihatan tak ada tempat duduk kosong, tapi untunglah saya dapat dua kursi kosong, rugi rasanya kalau sudah bayar mahal-mahal tapi harus berdiri terus menerus sepanjang pertandingan. Penonton di Stadion GBK sangat bersemangat, nyanyian penyemangat dari artis ibukota membahana di Stadion, dan ketika Markus, Ferry, dan Kurnia mulai masuk kelapangan untuk pemanasan, suara penonton sudah bergemuruh dimana-mana. Ketika keseluruhan tim masuk, penonton makin bersemangat, Mexican wave dilakukan oleh penonton, yang beberapa kali mengitari stadion dan berakhir dan meredup ketika melewati bagian VIP tak jauh dari RI-1. Semangat Very Important Person, kalah jauh dengan penonton biasa. Semoga bukan karena mereka dapatnya gratis. Saat terindah ketika menonton di Stadion GBK adalah ketika Lagu Kebangsaan Indondesia Raya berkumandang, badan ini bergetar, atmosfer stadion membawa suasana menyanyikan lagu kebangsaan itu begitu menyentuh, rasanya dengan mendengar lagu Indonesia Raya ini, para pemain kita akan kembali bersemangat mengalahkan Malaysia seperti yang pernah mereka dan para pendahulunya sering melakukan. Semangat itu semakin membahana ketika kick off pertandingan, Teriakan INDONESIA..., membahana dari segala penjuru. Saya memandang berkeliling, adakah laser balasan dari penonton Indonesia terhadap kiper malaysia, saya tak melihat, yang ada hanya kilatan lampu kamera yang berganti-gantian dari segala sudut, suporter kita tahu bahwa tindakan suporter Malaysia tak patut ditiru, kita bisa menang dengan cara yang elegan tanpa harus menggunakan trik Malaysia. Ketika salah seorang pemain Malaysia handsball di kotak terlarang dan wasit menunjuk titik putih, para penonton bersorak, melompat, berangkulan dan meniup terompet. Ketika Firman Utina mulai mengambil ancang-ancang, kami menahan nafas, berdoa dan berharap satu gol merubah keadaan dan memompa semangat Timnas, dan ternyata tendangan Firman ke arah kiri gawang Malaysia bisa dibaca kiper Malaysia. Penonton lesu, beberapa orang menutup kepalanya, ada yang meninju tangannya sendiri, mengangkat tangannya sambil menarik napas panjang. Sejenak stadion hening, masing-masing berpikir dalam kekalutannya menyesali yang terjadi, sementara Firman di lapangan nampak berjalan dengan tatapan penuh sesal, atmosfer telah berubah. Tapi setidaknya kita pernah bergembira untuk pinalti itu. Beberapa suporter berusaha menyemangati Firman dan kawan-kawan, tapi secara keseluruhan stadion masih dalam suasana hening. [caption id="attachment_620" align="alignright" width="306" caption="Piala AFF untuk Suporter"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H