Suatu ketika….
Panggung nan porak poranda
semua crew tlah binasa
sebuah pentas telah usai dengan terpaksa..
Sejenak tetegun menuggu waktu…
manakala senja kembali menyapa
mempersiapkan diri membangun pesta
sebuah pertunjukan nyawa..
Kukumpulkan batang sebatang kayu
Kurangkai helai sehelai benang
Kurenda biji perbiji manik manik
Untuk pentasku
Sembari menunggu senja…
yang menelan sang surya ke dalam teduhnya malam
Ku berikan tarian2 pentasQ di kolong langit
Yang menjadikan aku bak debu yang terurai…
Sembari menunggu dirimu
untuk menerangi petasku
melanjutkan cerita yag masih misterius
dari Sang Maha Sutradara
hingga kelak pentas ini benar2 usai karena ruh tak kuasa ku tahan
sebuah puisi singkat untuk seseorang yang lama kukenal sebagai si "Jepit Orange" ..... dia banyak memberi inspirasi. Dia bak lentera kecil yang menghangatkan relung kehampaan di dalam hati saya.... Trima kasih tak hingga untuknya... dan aku akan senantiasa berusaha untuk kembali berdiri dari keterpurukanku untuk kelak dapat melanjutkan cerita ni bersamanya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H