Mohon tunggu...
Ahmad Efendi
Ahmad Efendi Mohon Tunggu... Pekerja -

Selamatkan ceritamu dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Survey LSI: Airlangga dan Tito Potensial Cawapres Jokowi

10 Juli 2018   19:55 Diperbarui: 10 Juli 2018   21:16 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perbincangan menyosong Pilpres 2019 kian semarak di berbagai media. Setiap Parpol melakukan lobi politik dan bermanuver untuk mengangkat Capres yang diusungnya bisa bertarung sebagai calon Presiden pada Pilpres 2019. Jokowi sebagai calon presiden petahan pun tak kalah dari sorotan lampu media dan radar partai yang ingin meminang Jokowi untuk dipasangkan dengan calon wakil presiden usungan parpol. Berbagai macam nama muncul, dan berasal dari latar belakang yang beragam, juga dengan keungulan dan prestasi yang mentereng.

Konfigurasi calon baik Capres dan Cawapres yang akan berkompetisi pada Pilpres 2019 jika dilihat secara sekilas terpolarisasi pada dua kutub, pertama Sipil, dengan berbagai macam latar belakang seperti, Politisi, Pengusaha, Agamawan, juga orang-orang dengan keahlian khusus. Kedua adalah Militer, yang berisi berbagai macam bintang, baik dari TNI dan Polri.

Sebuah lembaga survei yang dirintis oleh pakar konsultasi politik Danny JA merilis data termutakhir mengenai proyeksi peta pertarungan Pilpres 2019, dan Jokowi dinobatkan sebagai Capres terkuat. Tapi pertanyaan yang paling ditunggu oleh berbagai lapisan masyarakat adalah siapa tokoh ideal yang cocok untuk mendampingi Jokowi? Meski belum ada kepastian nama siapa yang akan ditunjuk Jokowi sebagai pendamping, tapi ada beberapa nama calon pendamping Jokowi yang diunggulkan, dengan pertimbangan berbagai macam kalkulasi. Jika dielaborasikan pada survey LSI masyarakat 

mendambakan Indonesia menjadi negara yang kuat. Bagaimana indicator negara yang kuat tersebut? Masyarakat yang menjadi responden dalam survey LSI tersebut menyebutkan beberapa indikator: mapan secara ekonomi, didukung oleh mayoritas anggota DPR, dan mampu mengendalikan aparat hukum dan keamanan.

Melalui indikator-indikator tersebut ada dua nama berdasarkan hasil survei LSI sebagai calon yang dianggap LSI memiliki kompetensi yang cukup mendamping Jokowi tersebut adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto, Kapolri Tito Karnavian. Bagaimana kalkulasi dan pertimbangan merujuk pada nama-nama itu?

Ketua Umum Golkar masuk ke dalam bursa ideal pendamping Jokowi sebab memiliki kekuatan lobi politik dan mesin partai yang bergerak begitu effisien pada perhelatan Pilkada kemarin, juga komposisi legislatif partai Golkar begitu kuat mengakar di DPR, atas pertimbangan itulah nama Airlangga diuntungkan. Airlangga dapat menstransmisikan kebijakan sampai ke kepala daerah pada tingkat paling kecil dan memiliki kekuatan dalam mengawal perumusan kebijakan di DPR. Hal tersebut akan membantu Jokowi mengamankan stabilitas pemerintahan dari terpaan sodoran kebijakan alternatif dari oposisi. Jalannya pemerintahan dianggap akan lebih aman jika Jokowi berpasangan dengan Airlangga.

Nama Kapolri Tito Karnavian masuk hitungan sebagai calon pendamping ideal Jokowi sebab memiliki segudang prestasi yang luar biasa dalam memperbaiki wajah Kepolisian RI. Juga demi mengimbangi jika calon yang akan dilawan Jokowi adalah tokoh-tokoh Militer seperti Prabowo dan Gatot. Duet Jokowi-Tito adalah bentuk gabungan Sipil yang tidak hilang kemampuan menjaga integrasi dan stabilitas negara, unsuk Polri berperan begitu penting di situ. Juga duet ini menunjukan supremasi sipil bekerja begitu apik di Indonesia, politik sepenuhnya menjadi tanggung jawab sipil, bukan campur tangan militer. 

Menelisik geopolitik global yang situasinya sedang menghangat sebab adanya perang tarif Amerika Vs China dan berbalik arahnya Korea Utara ke Amerika adalah hal yang menjadi pertimbangan juga mengapa Jenderal Tito digadang sebagai calon pendamping Jokowi. Tito diharapkan bisa menjaga stabilitas kedaulatan NKRI dari ancaman disintegrasi, juga demi menajamkan hukum, keamanan dan penegakkan keadilan. Jenderal Tito memiliki prestasi yang sangan baik pada poin penegakan hukum dan keadilan itu, juga memiliki nilai tambah sebab berhasil menanggulangi berbagai ancaman keamanan dalam negeri.  

Jika diperbandingkan antara Airlangga Hartanto dan Tito Karnavian, bagi saya nama Tito seharusnya lebih diutamakan, sebab dia adalah tokoh non-partai dan benar-benar sebagai seseorang yang berkarir secara professional. Mimilih nama Airlangga akan menimbulkan kecemburuan pada partai-partai lain yang juga menyodorkan nama Cawapres, kekuatan legislatif Golkar yang dimiliki oleh Airlangga  akan sangat mungkin akan digembosi oleh partai internal yang berada dalam dalam payung koalisi, juga akan mensandera Jokowi dari deal-deal politik yang menghambat jalannya roda pemerintahan. 

Sudah sebaiknya Jokowi memilih tokoh professional dan mampu mengimbangi kekuatan militer jika Prabowo berpasangan dengan Gatot nantinya. LSI menyatakan duet Prabowo dan Gatot adalah lawan yang paling kuat untuk Jokowi. Memilih Kapolri Tito sebagai pendamping Jokowi adalah penting untuk menanggulangi duet Gatoto Prabowo, juga dapat memberi kesan bahwa pemerintahan sipil tetap bisa berjalan dengan stabil tanpa khawatir isu disintegrasi dan keamanan yang mengancam kedaulatan, sebab Polri adalah garis terdepan penjaga keamanan masyarakat dan negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun