Mohon tunggu...
AHMAD ABDULLAH
AHMAD ABDULLAH Mohon Tunggu... pegawai negeri -

mengurusi e-ktp, kartu keluarga, surat pindah,mutasi penduduk, pernah beberapa tahun di makassar dan rindu untuk kembali

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lagi Musim Wartawan Pengancam dan Peminta

30 Juni 2013   11:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:13 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan pertamaku di instansi pemerintahan adalah sebagai staff umum yang tugasnya sebagai garda terdepan melayani tamu/warga yang berurusan atau istilah lainnya tempat pertama bertanya. hampir setiap hari tamu berdatangan dan cukup banyak, tapi ada beberapa jenis tamu yang tidak diundang. Tidak ada pelayanan yang dapat kami berikan kepadanya, bahkan tidak ada senyum untuknya, merekalah wartawan gadungan (catat ya—khusus wartawan gadungan). Seperti kuntilanak, Datang tak dijemput pulang tak diantar, mereka datang kadang mengancam dan UUD (ujung-ujungnya duit).

Sebagai orang baru tentu aku tidak mengenal siapa-siapa tamu/warga yang datang, setiap mereka mau ketemu pejabat yang dituju selalu kuarahkan, setiap mereka bingung mau kemana bertanya insyaAllah selalu kuarahkan kepada petugas yang berwenang. Tapi untuk wartawan gadungan ini aku ragu karna seorang satpam kami sudah pernah dimarahi karna memasukkan orang tidak pada tempatnya. Untungnya kantor kami menggunakan CCTV sehingga bos-bosku bisa melihat siapa di ruangan tunggu kantor.

Beberapa kejadian tidak enak dengan beberapa wartawan gadungan ini diantaranya :

1.Pernah adu mulut dengan satpam kami karena tidak diberi izin masuk ke ruangan bos. Hey bung… ini kantor pelayanan publik bukan pasar.

2.Pernah ribut di ruangan salah sorang kepala seksi, ternyata dia wartawan wanita yang sudah dikenal oleh kepala seksi kami, menurut penuturan beliau kurang lebih seperti ini “kalau mau minta uang bilang aja langsung, gak usah marah-marah biar orang takut”.

3.Pernah mengintrogasiku dan mengaku-ngaku kenal banyak pejabat dan sebagai orang yang ditakuti oleh bos-bos tersebut. Tiba-tiba aja bosku keluar ruangan tak peduli,,di kuyu langsung nanya-nanya kemana perginya, UUD lagi deh.

4.Pernah ketika aku sedang berbicara dengan bos di ruangan berdua dan terlihat dari monitor CCTV di ruangan bos, masuk nyelonong aja, tak sopan.

5.Pernah ada seorang wanita dari koran tak dikenal menelponku tak sopan dan terkesan memaksa terkait permintaannya agar korannya dipakai di kantor.

6.Pernah wartawan gadungan dibentak keras sama bendahara kantor karna ‘mengganggu’ di saat sibuk-sibuknya.

Aku pun heran bukankah mereka para wartawan gadungan itu menyukseskan KKN di instansi pemerintahan karna harus membayar uang tutup pulpen mereka. Tidakkah mereka malu karena semua pegawai di setiap instansi sudah mengenal wajah dan tingkah mereka satu per satu, seperti diriku yang sudah mengenal siapa-siapa saja wartawan gadungan yang sering bertamu ke kantor kami. Aku pun mulai belajar waspada terhadap wartawan dan mematahkan pulpennya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun