Gaya Penulisan
Pramoedya menggunakan gaya bahasa yang kuat, lugas, dan penuh filosofi. Ia mampu menghidupkan latar sejarah dengan narasi yang detail tanpa kehilangan unsur dramatiknya. Penulis juga mengangkat nilai-nilai kemanusiaan yang universal, menjadikan Arok Dedes tidak hanya sebagai novel sejarah, tetapi juga refleksi atas kekuasaan, keadilan, dan moralitas.
Akhir Cerita dan Pesan
Novel ini diakhiri dengan refleksi bahwa ambisi Ken Arok akhirnya membawa kehancuran, tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Meskipun ia berhasil meraih kekuasaan, kutukan keris Mpu Gandring terus menghantui hidupnya dan anak-anaknya. Hal ini menjadi pengingat bahwa kekuasaan yang diraih melalui cara-cara tidak etis tidak akan bertahan lama dan selalu meninggalkan jejak kehancuran.
Melalui Arok Dedes, Pramoedya memberikan pandangan kritis terhadap sejarah Indonesia, mengajak pembaca untuk memahami dinamika kekuasaan dengan lebih mendalam. Novel ini juga mengajarkan pentingnya keseimbangan antara ambisi dan nilai moral dalam setiap tindakan manusia. Selesai.
N. B Mohon like, komen dan Share jika bersukacita 🙏🤭🇮🇩, Thank's, Sis
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Drama Mandarin: The Legend Of Kaifeng 2018 (Hakim Bao) , Resume dan Hikmahnya", Klik untuk baca:
Kreator: Ahmada
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com