Setiap momen shalat Jum'at aku suka memperhatikan keakraban antara seorang ayah dengan anak lakinya yang masih kecil. Boleh dibilang aku iri. Karena aku tidak bisa seperti mereka. Bayi laki-laki yang sudah aku beri nama Rayyan Kafila Azkari itu meninggal dalam perut ibunya dan dimakamkan di TPU Pondok Ranggon. Aku suka ziarah ke sana bersama istri dan dua putriku.
Ada beberapa mimpi yang aku punya bahkan jauh sebelum aku menikah. Salah satunya adalah mengajak putraku shalat Jum'at. Jadi kebayang kan betapa hancurnya hati ini ketika di USG aku melihat detak jantung Rayyan semakin perlahan dan akhirnya benar-benar berhenti. Dokter lalu bilang, "Maaf, bayinya meninggal."
Aku galau selama beberapa bulan. Setiap selesai shalat aku kirimkan Al Fatihah sambil menahan tangis. Aku baru tenang setelah membaca sebuah hadits Nabi SAW dari Abu Hurairah ra yang menyebutkan bahwa bayi-bayi yang meninggal sebelum baligh akan menunggu orang tuanya di akhirat dan mengajak mereka ke surga. "Masuklah kalian bersama kedua orang tua kalian ke dalam surga!" (HR.Bukhari).
Aku masih mengirimkan Al Fatihah untuk almarhum putraku. Bukan karena ia butuh doaku. Tapi justru karena aku yang membutuhkannya. Aku sekarang bisa tersenyum, karena membayangkan Rayyan putraku sedang menungguku di pintu surga, dan dia akan mengajakku masuk ke dalamnya.
Jakarta, 10 Januari 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI